Jakarta (ANTARA News) - Pencarian penumpang pesawat Lion Air JT 610 sudah memasuki hari ke 10 pascajatuhnya di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Senin 29 Oktober 2018.

Kemajuan yang dihasilkan dari operasi pencarian memberikan harapan bahwa penyebab kecelakaan pesawat bisa segera temukan guna menjawab tanya semua orang terutama keluarga para penumpang.

Bagian demi bagian pesawat terus ditemukan dari dasar perairan Tanjung Karawang, tempat jatuhnya pesawat nahas tersebut. Mulai dari Flight Data Recorder (FDR) yang ditemukan pada Kamis (1/11) hingga serpihan pesawat lainnya.

Begitu juga dengan bagian kepala atau kokpit pesawat yang rencananya diangkat dari dasar laut pada Rabu (7/11). Dengan diangkatnya bagian kokpit pesawat itu, besar harapan bisa ditemukan bagian dari kotak hitam lainnya, yaitu Perekam Suara Kokpit (Cockpit Voice Recorder/ CVR).

Sebelumnya, turbin kedua bagian dari serpihan Lion Air JT 610 tiba di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11) malam.

Selain serpihan pesawat, potongan tubuh penumpang juga diperkirakan masih ada di bawah air dengan kedalaman 30 meter itu. Liaison Officer Satgas Laut Unsur TNI AL Kolonel Laut (P) Bambang Trijanto mengatakan bersamaan dengan penemuan turbin itu dilakukan pengangkatan 20 kantong jenazah yang tiba kemarin.

Kolonet Laut (P) Lantamal II Salim Dansatrol mengatakan di dalam rangkaian turbin kemungkinan masih ada potongan tubuh karena masih tercium bau.

Perpanjang Evakuasi
Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebutkan operasi pencarian korban pesawat Lion Air yang mengangkut 189 penumpang termasuk awak pesawat itu akan diakhiri pada Kamis (8/11) atau 10 hari setelah kecelakaan terjadi.

Namun keluarga penumpang memohon agar tim Basarnas dapat melanjutkan proses evakuasi hingga identifikasi tuntas.

"Kami berharap kepada tim Basarnas, khususnya Presiden Joko Widodo untuk bisa melanjutkan pencarian sampai semua ditemukan. Kami mohon, paling tidak jenazah dapat ditemukan dan teridentifikasi identitasnya sehingga bisa dikebumikan," ujar Dodi Widodo sambil terisak ditemani keluarga korban lainnya di Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Jakarta Timur, Rabu.

Dodi yang merupakan orang tua kandung dari korban atas nama Sandy Johan Ramadhan mengaku khawatir mengingat proses evakuasi Lion Air JT 610 akan berakhir.

Pihak keluarga selalu mendukung tim Basarnas, polisi dan tim DVI yang bekerja keras untuk proses evakuasi yang berlangsung sejak Senin (29/10) lalu.

Sejauh ini, sudah 186 kantung jenazah yang ditemukan beserta 23 kantong properti.

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Penyelamatan (Basarnas) Muhammad Syaugi memastikan pencarian penumpang Lion Air yang jatuh tersebut akan diperpanjang hingga tiga hari ke depan khususnya untuk tim Basarnas.

Perpanjangan evakuasi secara terbatas tersebut karena melihat tren penemuan serpihan dan korban juga sudah menurun.

Dia menegaskan hanya tim Basarnas saja yang tetap melakukan operasi SAR dalam tiga hari ke depan. Tidak seperti 10 hari awal evakuasi yang merupakan tim gabungan dari berbagai unsur seperti TNI, Polri, Bakamla dan Potensi SAR Gabungan.

Pencarian tersebut difokuskan dan memprioritaskan mengevakuasi penumpang yang menjadi korban yang tersisa dibanding upaya lainnya seperti mencari serpihan pesawat.

Pada hari ke-10 proses evakuasi, sebanyak 1.324 personel dikerahkan sekitar kawasan Tanjung Pakis, Karawang, baik area perairan ataupun tepi pantai.

Adapun jumlah personel Basarnas adalah 201 orang, TNI AD (56), TNI AL (456), TNI AU (12), Polri (220), KPLP (131), Bakamla (18), Bea Cukai (30) dan BPPT (42). Sementara dari Pertamina (84), Dishub Jakarta (15), PMI (30), POSSI (10), Indonesia Diver (5) dan Potensi SAR Gabungan (14).

Identifikasi
Hingga saat ini 44 jenazah penumpang Lion Air JT 610 sudah teridentifikasi. Pada Rabu pagi, empat jenazah teridentifikasi dijemput oleh pihak keluarga di Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Ada empat jenazah yang diambil pagi ini, yakni Nurul Dyah Ayu, Ubaidillah, dr.Ibnu Fajar Riyadi, dan Matth Bongkal," ujar Kabag Pensat Divisi Humas Polri, Kombes Yusri Yunus.

Jenazah atas nama Nurul Dyah Ayu diberangkatkan ke Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Ubaidillah ke Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, dr.Ibnu Fajar Riyadi ke Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.

Matthew Darryl Bongkal diberangkatkan ke Rumah Duka Atmajaya, Pluit, Jakarta Utara, beralamat di Villa Permata GD blok A5 Nomor19, Tugu Selatan, Jakarta Utara.

Sebelumnya, 17 identitas korban jatuhnya pesawat Lion Air yang telah teridentifikasi Selasa (6/11) malam adalah Wahyu Alldillah (laki-laki, 32 tahun, melalui sidik jari), Ubaidillah Salabih (laki-laki, 55 tahun, melalui sidik jari) dan Imam Riyanto (laki-laki, 44 tahun, melalui sidik jari).

Atas nama Mawar Saryati (perempuan , 39 tahun, melalui sidik jari), Tesa Kausar (laki-laki, 37 tahun, melalui sidik jari), Cosarianda Sahap ( laki-laki, 39 tahun, melalui DNA), Doni (laki-laki, 45 tahun, melalui DNA) serta Daniel Suharja Wijaya (laki-laki, 30 tahun, melalui DNA).

Atas nama Herjuna Darpito (laki-laki, 47 tahun, melalui DNA), Nurul Diah Ayu (perempuan, 54 tahun, melalui DNA) dan Paul Ferdinand (laki-laki, 43 tahun, melalui DNA). Atas nama Rabagus Noerwito (laki-laki, 26 tahun, melalui DNA), Martono (laki-laki, 35 tahun, melalui DNA) serta Aryawan Komardi (laki-laki, 37 tahun, melalui DNA).

Teridentifikasi pula Dokter Ibnu Fajar Riyadi (spesialis penyakit dalam, laki-laki, 33 tahun, melalui DNA), Matthew Darryl Bongkal (laki-laki, 13 tahun, melalui DNA) serta Max Stanley (laki-laki 31 tahun, melalui DNA).

Baca juga: Basarnas tegaskan fokus evakuasi korban Lion tersisa
Baca juga: Keluarga korban berharap evakuasi dilanjutkan hingga tuntas
Baca juga: Turbin kedua Lion Air mendarat di JICT

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018