"Triwulan IV-2018 masih ada Natal dan Tahun Baru, itu merupakan konsumsi rumah tangga yang kuncinya ada pada stabilitas harga kebutuhan pokok dan elastisitas kesempatan kerja," kata Enny ditemui usai mengikuti diskusi di Jakarta, Rabu.
Ia menilai sisi elastisitas kesempatan kerja relatif stagnan, sehingga kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomoi di triwulan IV-2018 akan lebih bertumpu pada stabilitas harga kebutuhan pokok.
Menurut Enny, gejolak harga beras menjadi potensi yang dapat mengganggu stabilitas harga kebutuhan pokok.
"Produksi beras Oktober, November, Desember menurut BPS prediksinya defisit, artinya tidak terjadi panen raya dan pasokannya relatif menurun. Ini harus diantisipasi bagaimana pemerintah punya instrumen stabilitasi harga beras sampai akhir tahun," kata dia.
Selain itu, dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) juga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Enny berpendapat imported inflation akibat pelemahan kurs belum tertransmisikan selama triwulan II-2018 dan triwulan III-2018 karena masih digunakannya harga bahan baku yang lama.
"Setelah tiga bulan, ini pasti juga akan dimasukkan kepada harga pokok produksi yang baru. Sehingga ini yang harus diantisipasi ke depan bagaimana harga kebutuhan masyarakat tidak naik," ucap dia.
Baca juga: Indef: Stimulus fiskal perlu untuk tumbuhkan sektor produktif
Baca juga: BPS: Ekonomi Indonesia triwulan III 2018 tumbuh lebih tinggi
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018