Sydney (ANTARA News) - China, Rusia dan Amerika Serikat (AS) akan mengirim para pakar mereka ke Korea Utara (Korut) pada pekan depan untuk mengkaji cara-cara melucuti fasilitas nuklir negara komunis tersebut, kata utusan tinggi AS, Jumat. Christopher Hill, salah satu arsitek perjanjian perlucutan senjata bersejarah pada Februari, mengatakan, ahli-ahli itu akan mengunjungi Korea Utara pada 11-15 September. "Kami ingin perlucutan ini berlangsung sebelum 31 Desember. Maka kami harus mengkaji gagasan-gagasan kami untuk melucuti fasilitas yang sesungguhnya," kata Hill kepada wartawan. Ia menimpali, "Dan, kami berpendapat `lebih cepat lebih baik`." Ia mengemukakan, "Ada banyak cara berbeda yang bisa anda gunakan untuk melucuti sebuah fasilitas nuklir: Anda bisa membor sebuah lubang di sisi sebuah reaktor, anda bisa mengisinya dengan semen, anda bisa melakukan berbagai hal, namun akan membantu jika anda melakukan survei lokasi dan melihat reaktor itu terlebih dulu, maka itulah konsep di sini." Ahli-ahli itu, yang akan melapor kembali pada sesi mendatang perundingan penuh enam pihak mengenai masalah tersebut, akan bekerja sama dengan para pejabat Korea Utara tentang permasalahan seperti "fasilitas mana yang harus mereka periksa", kata Hill. "Itu sebuah tahap ambisius, kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan saya rasa itu sebuah tanda keseriusan tujuan yang harus dicapai semua pihak, termasuk Korea Utara, mengenai masalah ini," katanya. Hill, asisten menteri luar negeri AS urusan Asia Timur dan Pasifik, mengatakan, ahli-ahli itu pergi Korea Utara atas undangan pemerintah Kim Jong-il. Mereka akan "melakukan survei fasilitas nuklir yang akan dilucuti sebagai bagian dari proses enam pihak yang bertujuan menciptakan kawasan bebas nuklir semenjung Korea", katanya. "Saya tidak berpendapat itu akan menjadi satu-satunya perjalanan semacam itu." Perundingan enam negara dimulai pada 2003 dan mencakup China, Jepang, Rusia, AS, Korea Utara dan Korea Selatan. Berdasarkan perjanjian yang dicapai, Korea Utara setuju mengumumkan program nuklirnya sepenuhnya dan melucuti semua program itu sebagai imbalan atas bantuan, keamanan dan jaminan diplomatik, khususnya normalisasi hubungan dengan AS. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007