Industri TPT memiliki peranan strategis...Bali (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang masih membutuhkan banyak tenaga terampil.
"Industri TPT merupakan sektor padat karya dan berorientasi ekspor, yang menjadi salah satu prioritas pengembangan," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin Haris Munandar melalui keterangannya diterima di Bali, Selasa.
Industri TPT menjadi satu dari lima sektor manufaktur yang ditetapkan sebagai pionir dalam kesiapan memasuki era revolusi industri keempat di Tanah Air sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
Merujuk catatan Kemenperin, industri TPT di dalam negeri telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau 21,2 persen dari total tenaga kerja di sektor industri manufaktur saat ini.
Selanjutnya, industri TPT temasuk penghasil devisa negara yang signifikan melalui nilai ekspor sebesar 6,48 miliar dolar AS pada triwulan II-2018.
"Industri TPT memiliki peranan strategis, karena produk yang dihasilkan mulai dari bahan baku (seperti serat) sampai dengan barang konsumsi (pakaian jadi dan barang jadi), mempunyai keterkaitan baik antar industri maupun sektor ekonomi lainnya," jelas Haris.
Oleh karena itu, guna semakin menggenjot daya saing industri TPT nasional di kancah global, Politeknik STTT Bandung sebagai salah satu unit pendidikan yang dimiliki Kemenperin selalu fokus untuk mencetak SDM terampil sesuai kebutuhan industri TPT yang dapat mengikuti perkembangan teknologi terkini.
Tahun ini, STTT Bandung mewisuda 369 lulusannya. Mereka terdiri dari 286 orang lulusan Program Diploma IV atau Sarjana Terapan serta 83 orang lulusan Program Diploma I hasil kerja sama dengan Asosiasi dan perusahaan industri tekstil.
"Sebanyak 70 persen lulusan sudah terserap kerja di industri, sebelum waktu tiga bulan wisuda. Kami berharap, dalam waktu 3-6 bulan ke depan, seluruh lulusanya sudah bekerja atau melanjutkan program pendidikan tingkat yang tinggi," papar Haris.
Bahkan, seiring dengan banyaknya perusahaan TPT yang melakukan relokasi ke Jawa Tengah terutama di wilayah Solo dan sekitarnya, Kemenperin telah mendirikan Akademi Komunitas Industri TPT Program Diploma 2 di Solo untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut.
Sedangkan, untuk memenuhi tenaga kerja industri TPT tingkat operator, Kemenperin menyelenggarakan diklat sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja).
Pada tahun 2017, program tersebut diikuti 7.764 peserta dan untuk tahun ini sudah menembus hingga 11.200 orang.
Direktur Politeknik STTT Bandung Tina Martina menjelaskan, tahun ini pihaknya mencetak 68 lulusan atau 18,42 persen yang berpredikat ”Dengan Pujian”.
"Selain itu, pada tahun ini, kami menerima calon pendaftar mahasiswa baru hingga 3.000 orang, sementara yang bisa kami terima hanya 307 orang. Ini menunjukkan bahwa kampus Politeknik STTT memiliki nilai kompetitif yang baik," tegasnya.
Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat ahli yang mampu melakukan riset dan pengembangan teknologi serta diversifikasi produk tekstil menuju advance textile, mulai tahun ini telah dibuka program studi S2 Rekayasa Tekstil dan Apparel.
"Saat ini, gedung Magister Terapan Teknologi Tekstil telah dibangun dan akan dilengkapi dengan peralatan sesuai standar industri," imbuhnya.
Politeknik STTT Bandung juga menyelenggarakan program D1 dan D2 bidang tekstil dan garmen kelas jarak jauh, dengan menggendeng asosiasi dan perusahaan industri tekstil. Lulusannya langsung ditempatkan bekerja di industri TPT baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur.
"Upaya-upaya yang dilakukan ini karena Politeknik STTT Bandung hanya mampu meluluskan 300 orang dari program diploma IV, sedangkan permintaan di industri setiap tahunnya mencapai 500 orang," ungkap Haris.
Baca juga: Siasati kenaikan bahan baku, Menperin imbau IKM tekstil tingkatkan produktivitas
Baca juga: Menperin sambut target ekspor tekstil 30 miliar dolar
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018