Jakarta (ANTARA News) – Ketua Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Dr. Srie Prihianti, Sp.KK, Ph.D, FINSDV, FAADV, mengungkapkan agak sulit untuk mengetahui bahwa bayi baru lahir itu memiliki kulit sensitif atau tidak.
“Biasanya baru tiga sampai empat bulan pertama baru kelihatan, apakah dia memiliki bakat alergi. Belum tentu eksim atau dermatitis atopik. Tapi, mungkin alergi lain seperti asma dan lainnya,” ujarnya saat peluncuran Cussons Baby Sensicare di Jakarta, Senin.
Alumnus diploma dermatologi dari Institute of Dermatology Bangkok, Thailand itu , menjelaskan bahwa kulit sensitif itu kadang rancu dengan alergi.
“Alergi itu hanya salah satu penyebab dari kulit sensitif. Karena penyebab lainnya bisa juga dari riwayat keluarga,” imbuh wanita yang akrab dipanggil Anti itu.
Doktor yang mengambil studi PhD di bidang medical science di Juntendo University, Tokyo, Jepan ini mengingatkan bahwa kulit sensitif dapat diketahui saat bayi memakai produk perawatan bayi.
“Apakah muncul kulit kering, ruam, kemerahan, bruntus atau mudah gatal?” sebutnya.
Doktor Anti menyarankan,“Pastikan bahwa produk perawatan bayi itu hypoallergenic. Kemudian, coba oleskan pada lengan bagian dalam. Diamkan selama satu sampai dua jam. Nanti, akan terlihat reaksinya apakah alergi atau tidak.”
Baca juga: Bayi dengan kulit sensitif butuh perhatian khusus
Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018