Padang (ANTARA News) - Akademisi Fakultas Hukum Internasional Universitas Andalas Firman Hasan SH LLM mengatakan, kebijakan pemerintah mengembangkan kerjasama dengan Rusia dalam bidang teknologi dan lain-lain sebaiknya dibatasi dalam waktu singkat dan tidak sampai menimbulkan ketergantungan. "Itu penting guna menghindari pembayaran bunga tinggi dan kemungkinan tuntutan kebijakan politik lain," kata Firman Hasan kepada ANTARA News di Padang hari Jumat. Indonesia lebih memilih kerjasama mengembangkan teknologi dengan Rusia, khususnya pembelian pesawat tempur, karena selain nyaman dipakai, teknologinya mudah dikuasai, katanya. Bagi Rusia, kata Firman, jelas mendorong negara modern itu makin mendunia setelah selesai Perang Dingin. "Ke depan, Rusia diyakini memicu perlombaan dunia dalam pembuatan senjata canggih, karena mereka butuh percepatan kemajuan," katanya. Namun, apa pun bentuk kerjasama luar negeri, menurut dia, bahkan dengan mitra kecil, seperti, Timor Timur, jangan sampai menimbulkan ketergantungan serta waktu lama. Kerjasama dengan jangka waktu lama, kata dia, akan membebani anak cucu bangsa ini dalam membayar bunga pembelian. Ia menyarankan pemerintah segera menambahkan, pada pasal perjanjian kerjasama, suku cadang bisa dibeli dan disediakan negara pembuatnya. "Pemerintah juga perlu mencantumkan Indonesia berhak memperoleh duplikasi suku cadang atau membuatnya sendiri sebagai upaya antisipasi bila pembuatnya melancarkan embargo," katanya. Konsekuensinya, tambah dia, justru mendorong pemerintah perlu segera membangun pabrik suku cadang, yang berdampak makin terbuka lapangan kerja baru.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007