Diplomasi militer yang kuat dibutuhkan dalam rangka mendukung diplomasi luar negeri guna memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional
Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan, saat ini TNI tengah meningkatkan diplomasi militer dalam rangka mendukung diplomasi luar negeri guna memperkuat posisi Indonesia pada percaturan dunia internasional.
"Diplomasi militer yang kuat dibutuhkan dalam rangka mendukung diplomasi luar negeri guna memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional," kata Panglima TNI dalam amanatnya saat memimpin upacara penyambutan Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI, Kontingen Garuda (Konga) XXVIII-J UNIFIL di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin.
Terlebih, lanjut dia, saat ini Indonesia dipercaya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
"Posisi ini memungkinkan kita berperan Iebih aktif dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini.
Disamping itu, perkembangan spektrum ancaman juga semakin kompleks. Hal ini menuntut kerja sama bilateral dan multilateral karena tidak ada satu negarapun yang dapat menghadapi ancaman tersebut seorang diri.
"Dalam kerja sama internasional tersebut ditekankan pengembangan kemampuan, membangun interoperabilitas. serta membangun kepercayaan diantara negara-negara yang ada," katanya.
Oleh karena itu, dirinya menekankan bahwa seluruh pelajaran yang dipelajari, baik itu yang terkait dengan kekurangan maupun keunggulan pelaksanaan operasi yang telah dilaksanakan, harus tercatat dan menjadi masukan bagi Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI.
"Saya juga perintahkan agar apa yang kalian amati dari pelaksanaan tugas satuan-satuan PBB lainnya juga dapat menjadi masukan yang membangun bagi Kontingen Garuda selanjutnya," kata Panglima TNI.
Di hadapan seratusan prajurit, Panglima TNI menambahkan, tugas yang telah dilaksanakan di bawah bendera PBB merupakan tugas yang membanggakan.
"Tugas sebagai diplomat TNI semacam itu sesungguhnya tidak hanya membawa nama baik negara dan memberi pengalaman secara individu. Apa yang telah para prajurit laksanakan dan wawasan yang didapat di medan penugasan harus dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme satuan serta peningkatan keberhasilan misi berikutnya," tuturnya.
Satgas Maritime Task Force TNI yang bertugas di Lebanon selama satu tahun ini berjumlah 100 prajurit, terdiri dari 94 awak KRI, 1 Perwira Intelejen, 1 Perwira Psikologi, 1 Dokter Militer, 1 Perwira Penerangan, 1 Kopaska, dan 1 Penyelam TNI AL dengan menggunakan KRI Usman Harun-359.
Selama menjalankan tugasnya sebagai Pasukan Perdamaian PBB KRI Usman Harun memiliki tugas Membantu Lebanese Armed Forces (LAF) Navy untuk mencegah masuknya senjata atau peralatan terkait lainnya menuju Lebanon secara ilegal melalui laut.
Selain itu juga melatih LAF Navy untuk dapat melaksanakan operasi keamanan maritime di wilayah laut teritorialnya.
"Untuk kalian semua yang telah bertugas, saya berikan cuti, sampaikan salam hormat saya, penghargaan, kebanggaan saya kepada keluarga," ucap Panglima TNI.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018