Surabaya (ANTARA News) - Merosotnya prestasi tim sepakbola nasional di kancah internasional beberapa tahun terakhir salah satunya akibat lemahnya penguasaan teknik dasar bermain sepakbola yang dimiliki sebagian besar pemain Indonesia, sementara ujicoba di luar negeri tidak banyak membawa hasil.
Pendapat itu dikemukakan Manajer Penelitian dan Pengembangan Badan Pelatih Sepakbola Indonesia (Litbang BPSI) PSSI yang juga Sekretaris Umum Pengda PSSI Jatim, Dr Imam Syafii Mkes, usai menjalani ujian program doktor (S3) pada rapat senat terbuka di Universitas Negeri Surabaya, Jumat.
"Kelemahan itu karena sistem kepelatihan yang diterima pemain sejak usia dini kurang memenuhi standar," katanya menegaskan.
Dalam ujian program doktor tersebut, Imam Syafii yang menyampaikan disertasi berjudul "Pengembangan Rangkaian Tes Ketrampilan Teknik Dasar Sepakbola Pemain Usia Dini (10-12 tahun)", dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Menurut ia, selama ini memang belum ada sistem kepelatihan standar bagi pemain usia dini di Indonesia, sehingga pemain memiliki kemampuan teknik sepakbola yang berbeda-beda.
"Jadi kalau ada 100 pelatih usia dini, maka akan ada 100 model kepelatihan yang diterapkan," katanya.
Dampak dari sistem kepelatihan seperti itu memunculkan pemain-pemain masa depan atau tim nasional dengan kemampuan berbeda-beda.
Imam Syafii mengungkapkan, sejumlah pelatih asing yang ditunjuk menangani timnas Indonesia, seperti Ivan Kolev, Anatoly Polosin dan Peter White, selalu mengeluhkan lemahnya teknik dasar pemain Indonesia.
"Ivan Kolev bahkan sempat kebingungan mencari pemain usia 23 tahun, ketika dia harus mencoret pemain yang lain," kata Imam Syafii yang sempat beberapa kali bertemu Ivan Kolev.
Ia juga menyoroti program pengiriman pemain timnas ke luar negeri untuk menjalani ujicoba atau pemusatan latihan, yang dinilai tidak banyak membawa hasil atau gagal.
"PSSI pernah membentuk pemain timnas Primavera dan Barreti yang berguru di Italia, hasilnya juga tidak maksimal," katanya.
"Dalam waktu dekat ini, Timnas U-16 hasil Piala Medco juga akan dikirim ke Uruguay selama lima tahun dan timnas U-23 berlatih di Argentina, saya pikir hasilnya juga sama saja dengan sebelumnya," kata Imam Syafii.
Menurut Imam, ketimbang mengirim pemain belajar di luar negeri yang menghabiskan biaya sangat besar, PSSI lebih baik mendatangkan pelatih asing profesional untuk membina pemain-pemain usia dini.
"Pemain usia dini merupakan sumber daya pemain masa depan. Kalau sejak dini sistem kepelatihannya dilakukan dengan benar dan sesuai standar, maka kedepan hasilnya akan lebih baik. Sistem sudah berjalan di banyak negara yang sepakbolanya maju," katanya.
Menurut rencana, hasil disertasi Imam Syafii akan dijadikan model pembinaan pemain usia dini di seluruh Indonesia oleh PSSI. "Saya sudah diminta Pak Nurdin Halid (Ketua Umum PSSI) untuk menyiapkan konsepnya," kata Imam Syafii.
Salah satu Dewan Penguji Unesa yang juga Sekretaris Menegpora, Prof Toho Cholik Muthohir PhD, menaruh harapan besar terhadap hasil penelitian Imam Syafii, untuk menjadi model kepelatihan pemain sepakbola usia dini secara nasional.
"Kalau sistem kepelatihan itu benar-benar bisa dijalankan, saya optimistis kedepan Indonesia akan memiliki pemain-pemain sepakbola yang berkualitas dan tangguh," kata mantan Rektor Unesa itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007