Dari cerita-cerita orang tua dulu, daerah itu memang disebut-sebut angker. Kalau dulu, nelayan `mikir-mikir` kalau harus lewat titik itu
Pantai Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mendadak ramai selama sepekan terakhir. Wilayah Perairan Karawang itu selalu disebut dalam setiap program berita sejumlah televisi nasional.
Kondisi itu terjadi karena kecelakaan pesawat Lion Air beregistrasi PK-LQP bernomor penerbangan JT 610 yang terjadi di perairan Karawang pada Senin (29/10) pagi.
Peristiwa kecelakaan pesawat tersebut seakan-akan mengingatkan kembali kalau ada wisata pantai di ujung utara Karawang yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.
Ada banyak cerita mengenai wisata Pantai Tanjungpakis, mulai dari mahalnya harga makanan di kawasan wisata tersebut sampai maraknya ular lempe (lapemis) yang bisa mematikan.
Pada Juli 2012, masyarakat juga digemparkan kejadian terdamparnya Paus jenis sperm whale (Physeter macrocephalus) yang berwarna abu-abu gelap di perairan Pantai Tanjungpakis.
Kini, menjelang akhir Oktober 2018, peristiwa kecelakaan pesawat Lion Air jurusan Jakarta-Pangkal Pinang di perairan Karawang pada Senin (29/10) pagi kembali menggemparkan masyarakat.
Lokasi jatuhnya pesawat berada pada koordinat S 5`49.052" E 107` 06.628" dan paling dekat dengan Tanjungpakis.
Sejumlah masyarakat setempat menyebutkan kalau lokasi jatuhnya pesawat Lion Air memiliki kedalaman sekitar 30-35 meter. Lokasi itu menjadi pilihan bagi warga yang mencari ikan dengan cara memancing.
Hampir setiap akhir pekan, khususnya pada malam hari, di lokasi tersebut banyak masyarakat yang menaiki kapal nelayan untuk memancing ikan. Selain itu, titik tersebut juga menjadi lokasi primadona bagi nelayan mencari ikan dan udang.
Zaman memang berubah, beda dulu dan sekarang. Saat ini, lokasi jatuhnya pesawat Lion Air memang menjadi lokasi primadona untuk memancing. Tapi dulu, sekitar tahun 1990-an, titik itu merupakan area perairan Karawang yang dikenal angker.
"Dari cerita-cerita orang tua dulu, daerah itu memang disebut-sebut angker. Kalau dulu, nelayan `mikir-mikir` kalau harus lewat titik itu," kata Warta alias Boros, warga Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, Karawang.
Titik jatuhnya pesawat Lion Air disebut-sebut angker, karena dahulu daerah di perairan itu sering berkumpul ikan-ikan besar seperti ikan hiu tutul dan jenis ikan besar lainnya.
Dahulu sering terjadi peristiwa terbaliknya kapal nelayan di titik jatuhnya pesawat Lion Air beregistrasi PK-LQP bernomor penerbangan JT 610. Sehingga dulu, nelayan takut melewati area itu.
Tetapi seiring perjalanan waktu, meski dulu daerah itu disebut angker, kini perairan sedalam sekitar 30-35 meter itu menjadi tempat pilihan warga untuk memancing. Termasuk menjadi titik nelayan untuk mencari ikan.
Bukan Kuburan Kapal
Dinas Perikanan Kabupaten Karawang tidak menyangka bisa "terseret" dalam peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air beregistrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di Perairan Tanjungpakis, Pakisjaya, Karawang.
Salah satu organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemkab Karawang ini "terseret-seret" karena ada beberapa media yang menghubung-hubungkan titik penemuan benda cagar budaya di perairan Karawang dengan lokasi jatuhnya pesawat Lion Air.
Sekretaris Dinas Perikanan setempat Sari Nurmiasih, kepada Antara mengatakan, titik penemuan benda-benda cagar budaya dari dasar laut berada di wilayah Perairan Cilamaya, bukan di Perairan Pakisjaya.
Penemuan itu sudah menjadi cerita lama, terjadi sekitar tahun 1995.
Ia menyatakan, belum ada penelitian tentang kawasan kuburan kapal-kapal karam yang membawa muatan cagar budaya di perairan Pakisjaya.
Apalagi jika disebutkan kalau jatuhnya pesawat Lion Air beregistrasi PK-LQP yang jatuh di perairan Tanjungpakis itu tepat di kawasan kuburan kapal karam, pihaknya tidak pernah menyampaikan hal tersebut.
"Kalau temuan benda cagar budaya itu berada di Perairan Cilamaya, Karawang, bukan di Perairan Pakisjaya. Kalau perairan Pakisjaya belum ada penelitian," kata Sari.
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebelumnya menyebutkan kalau di wilayah perairan Pantai Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, telah ditemukan harta karun peninggalan Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
Diduga kapal-kapal tenggelam itu merupakan peninggalan penjajahan di Nusantara pada 1799. Kapal-kapal itu membawa sejumlah koin yang diduga digunakan untuk membayar buruh tanam paksa di wilayah Karawang, Subang, dan wilayah priangan (Bandung, Sumedang, Tasikmalaya).
Selain koin berciri Eropa, pada wilayah Karang Bui ditemukan lima buah meriam, satu jangkar abad 18. Kemudian juga di wilayah karang kapal ditemukan sisa bagian kapal dan keramik bercirikan Eropa. Penyisiran dan penelitian mengenai hal itu sudah dilakukan sejak 2017.
Jarak wilayah Pakisjaya dengan Cilamaya itu sendiri sangat jauh, ibaratnya dari ujung ke ujung, karena itulah Dinas Perikanan setempat tidak mau "terseret" terkait dengan lokasi jatuhnya pesawat Lion Air.
Meski masuk daerah perairan Karawang, tapi daerah Pakisjaya menjadi daerah perbatasan antara Karawang dengan Kabupaten Bekasi. Sedangkan Cilamaya, daerah perbatasan antara Karawang dengan Kabupaten Subang.
Jadi, terlalu jauh menarik benang merah antara lokasi jatuhnya pesawat Lion Air dengan kawasan kuburan kapal karam.
Begitu juga dengan cerita angker lokasi jatuhnya pesawat Lion Air di Perairan Karawang, itu bukan berarti percaya mistis yang harus dicibir. Sebab itu bagian dari cerita masyarakat yang perlu diapresiasi, bukan ditertawai.*
Baca juga: Faktor alam bantu percepat pencarian Lion Air
Baca juga: Tidak mudah identifikasi penumpang Lion Air
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018