Semarang (ANTARA News) - Penyebab penyakit misterius yang menyebabkan 10 warga Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah meninggal dunia mulai menemukan titik terang. Dari hasil penelitian yang dilakukan, kata Sekda Pemprov Jateng, Mardjijono dalam penjelasan Gubernur Jateng terhadap pendapat Panitia Anggaran (PA) dan fraksi-fraksi DPRD Jateng, Jumat mengatakan, penyakit misterius itu disebabkan karena pencemaran air yang terjadi sesaat oleh bahan kimia "butyl phenyl ethyl carbamat" (BMPC) yang biasa digunakan di bidang pertanian. Pemprov Jateng telah melakukan koordinasi dengan dinas terkait, baik di tingkat provinsi, Kabupaten Magelang, maupun pemerintah pusat untuk menemukan penyebab penyakit yang menimpa warga Kanigoro. Hasil koordinasi dan kajian penelitian, katanya, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) yang bukan merupakan penyakit menular langsung antarmanusia, kata Sekda. "KLB ini berupa keracunan, yang disebabkan pencemaran air yang terjadi sesaat oleh bahan kimia BMPC yang digunakan untuk pertanian," katanya. Pemprov Jateng telah melakukan kordinasi dengan Pemkab Magelang untuk melakukan penyuluhan terhadap pengusaha pengolah makanan. Pemprov juga melakukan sosialisasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan penyuluhan tentang pengelolaan pestisida kepada masyarakat setempat. "Kegiatan perbaikan sanitasi lingkungan juga telah dilakukan," katanya. Menanggapi temuan itu, anggota Komisi E DPRD Jateng, Siti Aisyah Dahlan mengatakan, pemerintah tidak cukup hanya melakukan langkah-langkah preventif dalam masalah ini. Menurut dia, kasus tersebut harus ditindaklanjuti dengan penegakan hukum dan jika memang benar kasus yang menyebabkan 10 penduduk Kanigoro tewas ini dipicu oleh pencemaran bahan kimia dari bahan pertanian, harus dilakukan pengusutan. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Juli lalu mengumumkan penyebab kematian 10 penduduk Kanigoro itu bakteri pseudomonas cocovenenans yang ada dalam tempe gembus, namun kesimpulan ini dibantah banyak kalangan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007