Tokyo (ANTARA News) - Satu topan melanda Tokyo dan daerah-daerah sekitarnya, Jumat, menewaskan paling tidak satu orang dan mengacaukan transpor dan pasokan listrik, sebelum melemah dan bergerak ke utara. Topan, terbesar melanda Tokyo sejak Oktober 2002, menurunkan hujan di banyak bagian ibukota itu, tapi pada petang hari melemah menjadi badai tropis. Para petugas pertolongan mencari tunawisma yang hanyut akibat sungai Tama yang meluap ketika mereka sedang tidur di gubuk-gubuk di pinggir sungai di Tokyo barat itu. Banyak di antara mereka berteriak untuk diselematkan oleh helikopter, kendatipun para pejabat lokal mengatakan mereka tidak tahu pasti berapa orang yang tinggal di sepanjang tepi sungai itu. Kantor berita Kyodo mengatakan 20 orang telah diselamatkan. Pada Jumat petang, Topan Fitow, yang namanya berarti bunga wangi yang indah" dalam bahasa Mikronesia, melewati utara Tokyo. Peringatan banjir bagi sungai Tama dicabut dan pelayanan kereta api di ibukota itu sebagian besar telah kembali normal. Mata topan itu berada dekat kota Akita, sekitar 450km utara ibukota itu, membawa hembusan angin berkecepatan 90km perjam sampai pukul 15:00 waktu setempat (13:00 WIB), kata Badan Meteorologi Jepang. Para penanam apel di jalur badai itu bergegas memetik panen mereka ketika badai itu mendekat. Pada malam hari, seorang pria berusia 75 tahun tewas akibat tertimpa pohon di baratdaya Tokyo, kata polisi lokal. Paling tidak 60 orang cedera dan seorang hilang, kata stasiun televisi NHK. Para pengguna kereta api yang basah kuyup berusaha pergi ke tempat kerja Jumat sementara sejumlah kereta api ekspres tidak beroperasi, termasuk kereta api berkecepatan tinggi, menunda atau membatalkan banyak jalur. Sekitar 10 juta orang menggunakan kereta api untuk bekerja atau sekolah di Tokyo. Beberapa orang pelancong menyalahkan perobahan iklim. "Jarang bagi Tokyo dilanda topan langsung seperti ini," kata Miho Kaido, seorang turis berusia 36 tahun yang datang menggunakan taksi ke stasiun Tokyo untuk naik sebuah bus ke Ainori di Jepang utara. "Yang paling buruk adalah kereta api tidak beroperasi. Saya kira pemanasan global memiliki dampak dan membuat cuaca lebih parah." Sekitar 23.000 rumah tangga masih tanpa aliran listrik di Tokyo Jumat petang, kata NHK. Di Tokyo tengah, dahan-dahan kayu dan daun-daun berserakan di jalan-jalan. Pada Juli , satu topan menewaskan tiga orang dan mencederai lebih dari 70 orang ketika melanda puiau Kyushu, Jepang selatan dan bergerak di sepanjang pesisir timur negara itu, demikian Reuters.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007