"Saya titip ini cerita lama saja, saat saya mencalonkan diri jadi wali kota pada 2005. Ibu-ibu itu pada 2004 tanya yang namanya Jokowi tidak ada yang tahu, di Solo saja tidak ada yang tahu," kata Jokowi dalam Deklarasi Calon Legislatif Perempuan untuk Pemenangan Jokowi-Amin di Hotel JHL Solitare Serpong, Tangerang, Minggu.
Acara tersebut dihadiri para caleg perempuan antara lain penyanyi Krisdayanti sebagai caleg PDIP, Nurul Arifin caleg Partai Golkar, presenter Tina Talisa dan Wanda Hamidah caleg dari Partai Nasdem dan ratusan caleg perempuan lainnya.
"Saya bukan siapa-siapa, karena saya mengurus ekspor, memang saya tidak pernah urusan di Solo. Kemudian pilkada berlangsung apa yang saya lakukan?
"Menghadapi 'incumbent' memang berat, tapi saya tidak pakai cara-cara lama mengmpulkan orang di lapangan, butuh uang. Jadi pikiran saya, 'door to door', ada
orang lalu salaman, salamannya gak enak 'ooh gak dukung ini', salaman ragu saya datang lagi," ungkap Jokowi.
Hasilnya, dalam pilkada 2005-2010, dia pun menang tipis dan meraih suara 37 persen mengalahkan petahan. Jokowi lalu bercerita ia mulai membuat program kartu sehat di Solo, kartu pintar dan membangun total 43 pasar.
"Pilkada kedua sebetulnya saya tidak mau, saya mau balik ke dunia usaha tapi karena disuruh ya sudah mencalonkan lagi. Saya tidak mau keluar duit, tidak mau karena duitnya sudah habis di pilkada pertama dan kedua memang tidak punya duit. Saya gak mau kampanye dengan cara mengumpulkan massa di lapangan, di daerah biayanya bisa Rp400 juta-Rp500 juta jadi saya tetap 'door to door'," ungkap Jokowi.
Tapi kali ini perbedan dengan periode pertama, ia punya program yang dapat diceritakan kepada warga Solo.
"Dulu tidak bisa cerita apa-apa, dan hanya cerita pengalaman pribadi tapi setelah 5 tahun wali kota, saya bisa cerita, 'bapak ibu terima kartu sehat belum? Oh terima, sudah dimanfaatkan belum? 1-2 kali, Bapak ibu tahu itu program saya? Oh tahu Pak, kartu pintar juga, saya tahu anak-anak yang dapat kartu pintar lalu saya datangi rumahnya," kata Jokowi.
Jokowi pun menegaskan pendekatan dari pintu ke pintu merupakan kunci karena tia tidak perlu keluar uang dan hanya keluar keringant.
"Dari pintu ke pintu adalah kunci, kita dapat dua, tidak keluar uang dan tanpa kalimat bertele-tele, tapi keringat bercucuran, karena harus berani dari pintu ke pintu, hasilnya 91 persen menang," cerita Jokowi disambut tepuk tangan para caleg.
Lalu saat ia mencalonkan diri sebagai gubernur DKI, dia pun tidak dikenal oleh warga Jakarta tapi ia melakukan pendekatan yang sama dengan datang dari kampung ke kampung dari RT ke RT.
"Saya melakukan hal yang sama dari subuh sampai subuh, karena saya tahu, dan saya juga sama tidak punya duit, dan semua orang kaget, putaran pertama menang 43 persen, 'incumbent' dapat suara 32 persen. Putaran kedua sebanyak 82 persen suara semua partai di sana, di sini hanya 18 persen, tapi saya yakin karena saya turun ke bawah, saya yakin insya Allah menang akhirnya juga menang," kata Jokowi.
Sedangkan dalam pilpres 2019 ini, ia pun mengungkankap bahwa sebagai petahana, sudah banyak program yang terwujudk dalam 5 tahun terakhir utamanya pembangunan infrastruktur seperti bandara, jalan tol, pembangkit listrik, bendungan yang tidak hanya dibangun di Jawa tapi juga di luar Jawa.
"Pembangunan infrastruktur ini bisa diceritakan, Kartu Indonesia Sehat juga sudah dibagikan sebanyak 96 juta yang tanpa iuran, Kartu Indonesia Sehat ada 19 juta, belum urusan dana desa. Kalau ini bisa dijelaskan dengan baik oleh ibu-ibu dari hati ke hati, dari pintu ke pintu pahalanya ada di ibu-ibu, dapat suara dan bisa menjadi anggota DPR dan DPRD, itu saja menurut saya kuncinya. Memang capai, memang memerlukan tenaga yang berlebih tapi itu yang harus kita lakukan," kata Jokowi.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018