"Setiap hari ada yang datang. Terakhir, Jumat kemarin (2/11), tercatat 69 anggota keluarga korban yang ikut konseling," kata Kepala Rumah Sakit Polri Kombes Pol Musyafak di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu.
Ia menjelaskan keluarga korban biasanya mulai ikut konseling pada hari penyerahan barang-barang kerabat yang menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat.
Tim pendampingan psikologi Rumah Sakit Polri memberikan layanan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, TNI dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) di Posko Keluarga RS Polri Kramat Jati.
"Setelah menyerahkan data-data post-mortem, keluarga yang datang langsung kita arahkan untuk ikut konseling karena ini pasti berat untuk mereka," kata Kepala Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri Kombes Pol Lisda Cancer.
Lisda menambahkan beberapa anggota keluarga dekat, seperti anak atau orangtua korban, sempat histeris setelah menyerahkan barang-barang seperti baju bekas pakai, rambut dan sikat gigi korban untuk keperluan identifikasi.
"Kesedihan karena kehilangan, atau status yang belum jelas pasti sangat dalam bagi anggota keluarga, sehingga mudah-mudahan pendampingan yang kita berikan bisa membantu meringankan," kata dia.
Sejak hari pertama evakuasi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, keluarga dari 189 penumpang dan awak yang menjadi korban telah mendatangi Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk menyerahkan data postmortem atau diambil sampel DNA-nya oleh tim DVI Polri.
Hingga Sabtu, Tim DVI telah mendapatkan 189 data antemortem, 180 sampel DNA antemortem dan 289 sampel DNA postmortem terverifikasi yang dapat digunakan untuk mencocokkan identitas korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.
Baca juga:
Keluarga korban kecelakaan Lion Air dapat pendampingan psikolog
Layanan medis disediakan untuk keluarga korban JT 610
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018