"Permintaan keluarga dimakamkan Senin. Tidak ada yang ditunggu, tetapi sudah diputuskan Senin," kata pamannya, Franky (65), di Rumah Duka RS PGI Cikini, Jakarta, Sabtu.
Franky mengatakan, keponakannya yang merupakan mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia Angkatan 2013 adalah pemuda yang aktif berorganisasi dan supel.
Sebelum peristiwa nahas terjadi pada awal pekan ini, putra dari Sila Fenita dan Johan Harry Saroinsong itu fokus pada kariernya sembari menyusun skripsi untuk penyelesaian studi Strata Satu (S-1).
"Bapaknya, ibunya, kakaknya semuanya lulusan UI. Hanya Jorry belum sampai selesai," tutur Franky.
Jorry melewatkan masa kecilnya di Jalan Kramat V, Jakarta Pusat, dan salah satu teman kecilnya adalah Jonathan F Pelmelay, yang kini menjadi mahasiswa di Institut Kesenian Jakarta.
Rumah di Jalan Kramat V Nomor 20 merupakan rumah di mana Jorry kecil tumbuh dan berkembang, bersama-sama teman-temannya, di antaranya adalah Jonathan yg tinggal di Jalan Kramat V Nomor 22.
Ada pun rumah duka telah dipenuhi keluarga serta teman-teman kuliah Jorry. Ucapan belasungkawa pun berdatangan baik dari FISIP UI mau pun tempatnya bekerja serta mitra.
Hizkia Jorry Saroinsong merupakan salah satu dari tiga jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 yang teridentifikasi tim Identifikasi Korban Bencana di RS Kepolisian Indonesia dr Soekanto, Jumat (2/11).
Saat dikirim ke RS Kepolisian Indonesia dr Soekanto dalam kantung jenazah pada Kamis (1/11), jenazah Jorry hanya menyisakan lengan kanan dengan tiga jarinya, yakni ibu jari, telunjuk dan kelingling.
Meski begitu, tim DVI RS Polri Raden Said Sukanto bisa mengidentifikasi korban melalui sidik jari yang memiliki kecocokan 14 titik dengan data antemortem.
Baca juga: Kunci identifikasi tiga korban JT 610
Baca juga: Keberhasilan mengidentifikasi Hizkia dinilai mukjizat
Baca juga: Dua jenazah yang teridentifikasi dipulangkan Sabtu
Pewarta: Dyah Astuti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018