Padang (ANTARA News) - Menteri Hukum dan HAM, Andi Mattalatta, menyebutkan telah terjadi perubahan terbalik dalam struktur kemasyarakatan di Indonesia, dimana orang-orang pembuat opini (opinion maker) seperti pengamat atau LSM lebih dipercaya rakyat dibanding pembuat kebijakan (policy maker). "Di era Orde Baru yang dominan adalah policy maker, yakni presiden, kepala daerah, anggota DPR dan DPRD, sedangkan para opinion maker hampir tidak ada perannya," kata Andi di Padang, Jumat. Andi Mattalatta berada di Padang, sebagai pembicara utama pada Rapat Koordinasi Teknis Bidang Hukum dan HAM, DPD Partai Golkar Sumbar berlangsung 6 - 8 September di Padang. Tapi kini, di era reformasi justru terbalik, yang banyak berperan adalah opinion maker, yakni para pengamat dan para LSM. "Apa yang dikatakan policy maker cenderung tidak dipercaya rakyat, tapi apa yang dikatakan opinion maker walaupun itu salah cenderung dipercaya rakyat," katanya. Karena itu, untuk menegakkan supremasi hukum saat ini tidak saja dituntut transparansi dan keterbukaan dari policy maker (pembuat kebijakan), tetapi juga dari internal para pengamat dan LSM. "Seorang pengamat bersuara, dia harus transparan apa pendapatnya adalah hasil penelitian dia atau titipan orang luar," tegasnya. Begitu pula, ada kelompok LSM yang mengkritik sesuatu, juga harus transparan apakah kritik itu hasil perjuangannya atau titip dari negara-negara tertentu, tambahnya. Ia menyebutkan transparansi adalah satu syarat utama bisa tegaknya supremasi hukum dan keterbukaan ini harus dilakukan baik oleh pembuat kebijakan dan pembuat opini. Syarat lainnya, tambah Andi, harus ada akses rakyat ke proses pengambilan keputusan. "Kalau tidak ada, maka keputusan yang keluar akan dimonopoli orang-orang yang ada di supra struktur pemerintahan," katanya. Syarat lainnya adanya proses demokratisasi, sebab jika tidak maka kebijakan hukum tidak akan berkembang, tambahnya. "Hanya proses demokratisasi yang bisa menggerakkan birokrasi menjadi baik, tanpa itu upaya ini akan lambat, karena dia (birokrasi) akan marah kalau dikritik," kata Andi.

Copyright © ANTARA 2007