Sekalipun kotak hitam dan roda pesawat ditemukan, namun hingga kini badan pesawat belum ditemukan begitu juga dengan Cockpit Voice Recorder (CVR) yang merupakan bagian dari kotak hitam pesawat.
Jakarta, (ANTARA News) - Upaya tim SAR gabungan yang terus-menerus melakukan upaya pencarian kotak hitam, serpihan pesawat, dan korban yang tak pernah henti selama 24 jam sedikit demi sedikit terus membuahkan temuan yang sangat berarti.
Kemarin, Kamis (1/11), tim SAR gabungan berhasil menemukan "black box" yang diharapkan bisa menguak misteri mengapa pesawat Lion Air JT 610 Cengkareng-Pangkalpinang bisa mengalami kecelakaan.
Tak berhenti di situ, tim SAR gabungan pada Jumat (2/11) berhasil menemukan roda pesawat Lion Air JT 610 yang merupakan bagian pesawat terbesar yang berhasil ditemukan hingga hari kelima jatuhnya pesawat tersebut.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) M Syaugi di Dermaga JICT 2 Tanjung Priok Jakarta Utara, Jumat, mengatakan tim sudah menemukan secara pasti lokasi sebaran pesawat dan sudah sapu dengan ROV radius 100-200 meter di titik temuan FDR.
Di lokasi tersebut banyak bagian-bagian pesawat yang ditemukan dan yang terbesar adalah roda pesawat.
Mekanisme pengangkutan roda pesawat yang dilakukan, adalah kapal Victory Pertamina dengan empat jangkar berada di posisi lokasi serpihan itu.
Setelah itu baru penyelam turun untuk memastikan mana yang bisa diangkat dan mana yang harus menggunakan crane seperti roda yang sudah ditemukan.
Roda pesawat tersebut diangkat dengan crane kapal Victory milik Pertamina. Selain itu juga ditemukan bagian turbin pesawat. Sementara badan pesawat hingga saat ini masih belum ditemukan.
Tim SAR gabungan akan terus melakukan pencarian di area yang lebih luas untuk memastikan ada tidaknya badan pesawat. Proses pencarian badan pesawat akan dilakukan sampai tujuh hari sejak jatuhnya pesawat atau hari Minggu (4/11).
Setelah dianalisa, jika masih ada kemungkinan bisa ditemukan badan pesawat maka upaya pencarian akan ditambah tiga hari, setelah itu dianalisa kembali.
Tim SAR kemudian menyerahkan puing-puing pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang berhasil dikumpulkan dalam proses evakuasi pascakecelakaan pesawat tersebut di Tanjung Karawang kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Penyerahan dilakukan dengan penandatanganan berita acara oleh seluruh perwakilan tim SAR seperti TNI, Polri dan lainnya.
Setelah penandatanganan dilakukan, puing-puing pesawat maupun barang-barang penumpang yang berhasil ditemukan tersebut dimasukkan ke dalam mobil boks. Puing-puing ini sepenuhnya akan menjadi kewenangan KNKT untuk proses investigasi selanjutnya .
Hasil kerja tim SAR gabungan tersebut, Presiden Joko Widodo mengapresiasi kecepatan penemuan kotak hitam pesawat Lion Air JT 610.
"Atas kecepatan penemuan black box kemarin saya juga ingin sampaikan terima kasih," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kembali mengunjungi Posko Utama Pencarian pesawat Lion Air di Dermaga JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat.
Presiden pun kemudian memanggil dua personel dari TNI dan satu orang dari BPPT untuk maju bersamanya dan kemudian menyalami mereka dan mengucapkan terima kasih atas upaya keras mereka menemukan kotak hitam.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden menerima laporan secara detail dari Menhub, Kabasarnas, KNKT, BPPT, dan seluruh jajaran TNI/Polri di dalam tenda Basarnas yang berada di lokasi dermaga.
Kepala Negara berpesan agar seluruh kemampuan dan teknologi yang ada dikerahkan dalam rangka upaya tersebut.
Ia juga meminta secara khusus kepada KNKT agar bekerja cepat mencari tahu penyebab kecelakaan sehingga bisa menentukan langkah berikutnya. Hal terpenting, Presiden menekankan, keselamatan penumpang harus diprioritaskan.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Muhammad Syaugi mengatakan tidak mudah untuk menemukan dan mengangkat bagian-bagian pesawat Lion Air JT 610 meski hanya di kedalaman 30 hingga 32 meter, mengingat salah satu kendala utama adalah ombak.
Padahal proses evakuasi yang dilakukan Tim SAR gabungan harus berpacu dengan waktu apalagi setiap hari arus cukup deras.
Sekalipun kotak hitam dan roda pesawat ditemukan, namun hingga kini badan pesawat belum ditemukan begitu juga dengan Cockpit Voice Recorder (CVR) yang merupakan bagian dari kotak hitam pesawat.
Namun tim telah memastikan lokasi penemuan pesawat dan fokus di titik tersebut yang tidak jauh dari lokasi penemuan Flight Data Recorder (FDR) pada Kamis (1/11).
Enam bulan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terhadap kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 paling cepat terbit enam bulan kemudian.
Lamanya hasil investigasi karena ada proses yang harus dilakukan secara teknis dengan mempelajari semua informasi yang ada.
Menhub Budi mengatakan, saat ini masih memfokuskan perhatian pada pencarian kotak hitam kedua karena baru satu ditemukan, antara Flight Data Recorder atau Cockpit Voice Recoder (CVR).
Untuk melengkapi investigasi, KNKT juga akan meminta data dari pihak menufaktur, dalam hal ini, Boeing untuk melengkapi bahan investigasi, juga meminta buku panduan Boeing-737 Max 8 untuk dipelajari sebagai bagian dari proses investigasi.
Tim SAR gabungan akan berupaya menemukan kotak hitam yang kedua, karena sampai saat ini dirinya masih belum bisa menentukan kotak hitam yang telah didapatkan itu Flight Data Recorder (FDR) atau Cockpit Voice Recorder (CVR).
Karena apabila CVR tidak ditemukan, akan sangat sulit untuk melakukan investigasi karena tidak ada data kuat.
TIM SAR gabungan hanya memiliki 30 hari untuk menemukan kotak hitam lainnya. Semoga semua peralatan teknis yang saat ini masih dicari segera ditemuka yang pada akhirnya segera mengungkap kejadian kecelakaan.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018