Jakarta (ANTARA News) - Nyeri di sejumlah bagian tubuh terutama pinggang dan punggung bisa muncul karena berbagai sebab, salah satunya karena kekakuan otot. Bila hal ini terjadi, istirahat adalah langkah awal yang bisa Anda lakukan agar nyeri mereda.
Spesialis bedah saraf Brain & Spine Bunda Neuro Center, Dr.dr. Wawan Mulyawan, SpBS (K), SpKP mengatakan posisi istirahat yang paling bagus ialah telentang.
"90 persen orang mengalami nyeri itu karena kaku otot. Sarannya untuk orang yang nyerinya sedang akut adalah istirahat. Istirahat yang paling bagus adalah dalam posisi telentang, bukan tengkurap dan miring," ujar dia dalam seminar bersama media di Jakarta, Jumat.
Saat telentang, taruhlah bantalan di bawah kedua lutut untuk mengurangi keluhan nyeri saat nanti Anda terbangun.
Jika Anda tak nyaman dengan posisi ini, Anda bisa beristirahat dalam posisi miring, namun tetap harus menyelipkan bantalan diantara kedua dengkul.
Bila nyeri tak kunjung reda, barulah Anda bisa mencoba meminum obat-obatan pereda nyeri yang tersedia di warung, misalnya paracetamol.
"Kalau tidak mempan barulah dengan asam mefenamat. Kalau obat seperti ponstan selain anti nyeri juga ada efek anti radang. Orang yang mengalami kaku otot karena pergerakan juga bisa mengalami radang (inflamasi). Nyeri ringan paracetamol cukup," kata Wawan.
Nyeri punggung dan pinggang menjadi salah satu masalah yang paling banyak dialami orang-orang diseluruh dunia, setelah sakit kepala. 90 persen kasus akan membaik dalam enam minggu, 5 persen akan membaik dalam tiga bulan dan 5 persen perlu mendapatkan pengobatan intensif.
Wawan mengingatkan Anda untuk waspada dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami nyeri seperti ditekan, ditusuk, disertai rasa panas, kesemutan, rasa tebal (ada jarak) dan kelemahan motorik pada tangan dan kaki.
Baca juga: Ari Lasso alami gangguan nyeri punggung sejak 2015
Baca juga: Enam tanda kekurangan vitamin D
Baca juga: Begini cara mengobati nyeri wajah trigeminal neuralgia
Baca juga: Kenali trigeminal neuralgia, nyeri wajah yang bisa picu depresi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018