Pangkalpinang (ANTARA News) - Posko Crisis Center Bandara Depati Amir Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menambah 50 psikolog guna mendampingi keluarga korban jatuhnya Lion Air JT 610 di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

"Biasanya pada saat kedatangan jenazah korban pesawat ini, emosi keluarga semakin tidak stabil," kata psikolog Himpunan Psikolog Seluruh Indonesia (Himpsi) Sumsel -Babel yang tergabung dalam Posko Pusat Krisis, Silmika Wijayanti, di Pangkalpinang, Kamis.

Oleh karena itu, Himsi Sumsel- Babel menambah 50 psikolog untuk mendampingi dan memotivasi keluarga korban agar tabah, saat menyambut kedatangan jenazah.

"Pada saat kedatangan jenazah nanti akan ada kesedihan mendalam dari keluarga yang ditandai menangis, jeritan histeris, dan reaksi lainnya," ujarnya.

Ia mengatakan saat ini jumlah psikolog yang disiagakan di posko sebanyak 20 orang berasal dari Himpsi Sumsel-Babel 15 orang dan Polda Kepulauan Babel 5 orang.

"Hingga saat ini kita sudah mendampingi 21 orang keluarga korban dan rata-rata mengalami `shock` yang cukup berat," katanya.

Menurut dia, peranan posko itu penting untuk menangani dampak trauma keluarga korban yang berkepanjangan. Keluarga korban perlu pendampingan untuk memulihkan kejiwaannya yang terguncang akibat peristiwa tersebut.

"Kita berharap keluarga korban lebih terbuka, berdialog, bertukar pikir dengan orang-orang sekitarnya," katanya.

Oleh karena itu, diharapkan seluruh masyarakat, khususnya sanak famili lebih peduli dan berempati kepada keluarga korban pesawat jatuh itu, guna mendukung proses pemulihan mental dan kejiwaan keluarga korban.

"Ini tidak hanya tanggung jawab ahlinya, tetapi seluruh masyarakat untuk memulihkan psikologi dan kejiwaan keluarga korban yang tidak stabil," katanya.

Baca juga: Keluarga korban kecelakaan Lion Air dapat pendampingan psikolog
Baca juga: Keluarga korban pesawat alami shock berat

Pewarta: Aprionis
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018