Kami menemukan 'ping locater', di kotak hitam ada perangkat itu. Saya dan Pak Panglima sudah mendengarkan suaranya."

Jakarta (ANTARA News) - Tim SAR gabungan telah menemukan "ping locater" yang diduga berasal dari kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di sekitar perairan Utara Karawang, Jawa Barat.

"Kami menemukan 'ping locater', di kotak hitam ada perangkat itu. Saya dan Pak Panglima sudah mendengarkan suaranya," kata Kepala Basarnas Muhammad Syaugi dalam konferensi pers di dermaga JICT II Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Rabu malam.

Menurut penjelasan yang ia berikan, ada dua bunyi ping yang berbeda dengan intensitas kuat dan agak lemah.

Ia menduga, bunyi ping yang agak lemah tersebut berasal dari salah satu bagian kotak hitam yang sudah tertutup pasir atau endapan dasar laut.

Usai mendapat temuan tersebut, sejumlah penyelam handal dari Taifib dan Marinir serta sebuah "Remote Operating Vehicle" (ROV) pun dikerahkan untuk memastikan asal sinyal ping di bawah laut tersebut.

"Tapi belum bisa ditemukan karena ternyata arusnya cukup kuat di bawah air, bahkan ROV yang kami turunkan sempat terbawa arus. Kami mau turunkan jangkar untuk menjaga posisi kapal juga tidak bisa, karena di bawah banyak pipa Pertamina," kata Syaugi menjelaskan jalannya operasi.

Oleh karena itu, timnya akan meminta izin kepada Pertamina untuk diperbolehkan melego jangkar sehingga bisa menjalankan misi penyelaman dengan aman dan lancar.

Meski belum berhasil menemukan fisik kotak hitam atau badan pesawat, namun timnya yakin bahwa lokasi pencarian mereka sudah tepat karena menemukan bukti fisik lain di dasar laut.

Pada penyelaman hari ini, tim penyelam dan ROV berhasil menemukan sejumlah benda-benda yang berkaitan dengan pesawat tersebut.

"Kami sudah bisa lihat barang-barang penumpang, ada majalah yang biasa ditaruh di kursi penumpang. Terlihat baru, tidak ada lumpur atau karang yang menutupi. Itu ditemukan di dasar laut, bukan di permukaan," pungkas Syaugi.***4***

Baca juga: Basarnas kerahkan empat kapal cari badan pesawal Lion Air

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018