Jakarta (ANTARA News) - Teknologi kedokteran saat ini memungkinkan penderita sarkoma atau kanker yang menyerang jaringan ikat seperti otot, lemak dan pembuluh darah pulih. Tetapi apa jenis kanker ini bisa muncul kembali di masa mendatang?

"Bisa. Kalau kanker tidak menyebar ke jaringan lunak bagian tubuh lain, kemungkinan kambuh sekitar 40 persen," ujar konsultan senior onkologi medis dari Parkway Cancer Centre (PCC), Dr. Richard Quek di Jakarta, Rabu.

Saat ini pengobatan sarkoma menggunakan kombinasi operasi, kemoterapi dan radiasi dan ini bisa sesuai jenis sarkoma dan letaknya.

Dalam kesempatan itu, ahli bedah ortopedi dari Parkway Hospitals, Dr. Leon Foo menuturkan kemoterapi dan atau radiasi bertujuan untuk mengecilkan ukuran sarkoma, sementara operasi berfungsi mengangkat tumornya.

"Teknik ini memungkinkan kami untuk memperkecil efek samping serta menyelamatkan lebih banyak jaringan dan fungsi tubuh," tutur Leon.

Richard tak menampik kalau amputasi juga merupakan metode umum untuk menghilangkan sarkoma, namun terbatas pada sarkoma tulang dan sarkoma jaringan lunak.

"Untuk bagian perut, leher, tentu tak bisa dengan amputasi. Inilah yang menjadi tantangan untuk kami," kata dia.

Peluang pulih akan semakin besar jika kanker terdeteksi dini, menurut Richard yang merupakan salah satu pendiri Singapore Sarcoma Consortium itu.

Baca juga: Waspadai benjolan yang ternyata pertanda kanker bernama sarkoma

Sarkoma merupakan jenis kanker yang berkembang di jaringan ikat seperti otot, lemak, tulang, tulang rawan dan pembuluh darah. Kanker ini bisa muncul di bagian tubuh mana saja, serta memiliki gejala yang tampaknya tidak berbahaya dan sulit dibedakan dari penyakit-penyakit ringan.

Jenis kanker ini dianggap langka karena hanya ditemui pada 1 persen kasus kanker dewasa. Di Amerika Serikat, lebih dari 13.000 orang terdiagnosis sarkoma jaringan lunak tahun ini dan 5000 orang diantaranya kehilangan nyawa mereka.

Baca juga: Tanda-tanda leukimia, anemia hingga kelelahan

Baca juga: Lima kanker yang umum terjadi pada pria

Baca juga: Imunoterapi cara baru obati kanker kulit melanoma

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018