Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis, menyatakan gejolak "subprime mortgage" (krisis kredit perumahan di AS) mendorong pelemahan nilai tukar rupiah pada Agustus 2007 ini. "Masih berlanjutnya gejolak `subprime mortgage market` mendorong rata-rata nilai tukar rupiah bulanan melemah sebesar 3,3 persen dari Rp9.071 per dolar AS pada Juli menjadi Rp9.372 pada bulan Agustus," kata Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI), Budi Mulya, membacakan hasil RDG di Jakarta, Kamis. Namun demikian, menurut dia, rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang Januari-Agustus 2007 sebesar Rp9.084 per dolar AS atau masih berada dalam kisaran BI. "Walaupun mengalami depresiasi, gejolak rupiah di bulan Agustus masih dapat dijaga dalam level yang rendah," katanya. Ia menambahkan bahwa saat ini BI selalu ada di pasar untuk mengamankan gejolak rupiah sehingga tidak mengalami gejolak yang dapat mengganggu kinerja perekonomian. Pada bulan Agusutus 2007 ini, menurut Budi Mulya, cadangan devisa mencapai 51,4 miliar dolar AS atau berkurang sekitar 500 juta dolar AS dibanding Juli 2007 yang sebesar 51,9 miliar dolar AS. Hal ini, katanya, terjadi karena intervensi BI untuk memperkuat rupiah yang melemah akibat krisis kredit perumahan di AS (subprime mortgage) dan pembayaran utang. "Penurunan tersebut akibat berapa hal selain untuk intervensi mengatasi tekanan terhadap rupiah akibat gejolak `subprime mortgage` yang masih berlangsung juga karena adanya pembayaran utang luar negeri. Namun perlu diingat cadangan devisa tersebut bisa turun maupun meningkat," tambahnya. Ia menyatakan catatan BI pada bulan Agustus ini menujukan fluktuasi cadangan devisa. Pada Jumat (10/8) cadangan devisa 52,1 miliar dolar AS, Kamis (16/8) cadangan devisa naik menjadi 52,4 miliar dolar, Jumat (24/8) cadangan devisa turun menjadi 51,5 miliar dolar AS, dan akhir Agustus (31/8) cadangan devisa kembali turun menjadi 51,4 miliar dolar AS. "Kemarin, Rabu (5/9) cadangan devisa naik menjadi 51,6 miliar dolar AS. Jadi ini cadangan devisa bisa berfluktuasi tergantung pada faktor penambah maupun faktor pengurang seperti intervensi dan lainnya," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007