Jakarta (ANTARA News) - Menteri Persemakmuran dan PBB sekaligus Utusan Khusus Perdana Menteri Theresa May untuk Masalah Kebebasan Beragama, Lord Tariq Ahmad, berpendapat bahwa pendidikan merupakan kunci untuk membangun masyarakat yang toleran dan saling menghormati di tengah perbedaan.
Pendapat tersebut Ahmad sampaikan setelah mengikuti latihan yang mempromosikan toleransi, penghormatan dan pemahaman terhadap berbagai perbedaan dalam masyarakat yang diikuti puluhan siswa SMP dan SMA Muhammadiyah III serta SMA Katolik Kanisius Jakarta di Aula SMA Muhammadiyah III Jakarta, Selasa (30/10).
"Saya berbicara langsung dengan beberapa murid dari Muhammadiyah dan sekolah Katolik (Kanisius), saya tanya apa yang sudah mereka pelajari dari latihan dan saling berbagi pengalaman hari ini, dan jawaban mereka sama, mereka belajar tentang pentingnya kepercayaan, toleransi dan pengertian," kata dia.
Dalam latihan yang dibagi dalam grup merah dan biru itu, Ahmad menilai para siswa dapat belajar tentang pendekatan yang layak terhadap berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat, antara lain bagaimana memastikan aksi dan reaksi yang tidak mengintimidasi serta bagaimana belajar untuk memahami orang lain.
Ahmad sendiri berpartisipasi sebagai anggota tim biru yang lebih pasif dan berhati-hati dalam bertindak, sedangkan tim merah lebih santai dan agresif, adalah bahwa para murid belajar nilai-nilai fundamental dalam membangun masyarakat yang maju.
"Hal menarik dari latihan ini adalah para murid belajar hal-hal yang fundamental dalam membangun masyarakat yang maju sehinga sangat penting untuk diajarkan melalui pendidikan formal kepada kepada generasi muda, yang adalah masa depan Indonesia," kata dia.
Setelah pendidikan, Ahmad menekankan pentingnya kepastian hukum bagi semua warga negara yang menjamin kebebasan beragama dan memeluk kepercayaan, di samping peran vital pemerintah untuk menjalankan kebijakan yang strategis untuk memberikan pendidikan toleransi kepada masyarakat.
"Tentu saja ada tantangan dalam memastikan paham intoleran dan kebencian yang disebarkan sekelompok orang agar tidak memepengaruhi masyarakat, karena itu di samping peran strategis pendidikan, pemerintah perlu memberikan kepastian hukum kepada setiap warga negara bahwa mereka aman untuk menjalankan agama masing-masing," kata dia.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik yang hadir mendampingi Menteri Ahmad turut berpartisipasi dalam latihan tersebut sebagai anggota grup merah, menyampaikan bahwa pemuda Indonesia harus menjadi agen perdamaian dalam komunitas masing-masing.
"Sebagai duta besar untuk Indonesia, saya selalu menekankan bahwa pemuda adalah jembatan untuk saling menghormati dan memahami di tengah perbedaan, baik di antara orang Indonesia maupun dunia, dalam hal ini tentu saja khususnya antara Inggris dan Indonesia," kata dia.
Latihan itu merupakan bagian dari program Menghubungkan Sekolah yang digagas British Council dan Dewan Kota Birmingham, Inggris, yang akan diluncurkan pada 2019, untuk bertukar pengalaman dalam belajar-mengajar antara sekolah terpilih di Indonesia dan di Birmingham.
Selain mengunjungi SMA Muhammadiyah III Jakarta, dalam kunjungan sehari di Jakarta, Lord Ahmad juga bertemu dan berdialog dengan tokoh-tokoh lintas agama dan kepercayaan di Gereja Katedral Jakarta Pusat, anggota Komisi III DPR dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin. ***4***
Baca juga: Menteri Inggris tentang dunia berhadapan dengan kelompok pemecah-belah umat beragama
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2018