Kualalumpur (ANTARA News) - Kepala inteljen kawasan Asia-Pasifik berkumpul untuk pertama kali di Kualalumpur, Malaysia, guna membahas kerjasama tukar-menukar informasi dan meningkatkan kemampuan. Wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak, yang juga Menteri Pertahanan, Kamis siang memberikan pidato sambutan pada Konferensi Pertama Kepala Intelijen Asia Pasifik (APICC), yang dihadiri 19 negara, termasuk Inggris dan Prancis, yang tidak termasuk negara kawasan Asia-Pasifik. Pertemuan itu didukung Komando Pasifik Amerika Serikat (PACOM). Dutabesar Amerika untuk Malaysia Christopher La Fleur dan Direktur Intelejen Pertahanan Amerika Letnan Jenderal Micheal D Maples serta kepala inteljen Inggris dan Prancis hadir dalam pertemuan tersebut. Najib mengatakan, dunia tidak lagi terancam oleh sengketa tentara negara adidaya, tapi masalah keamanan kawasan masih menjadi perhatian dalam kehidupan sehari-hari. "Kenyataannya, terorisme menjadi salah satu masalah keamanan saat ini. Kegiatan teroris muncul dalam kehidupan perkotaan kita, dalam gedung tinggi, hotel dan mengancam liburan kita di lokawisata," katanya. Ancaman teroris ada yang tradisional dan transnasional, misalnya, kejahatan internet, pencucian uang, dan penyelundupan. Selain itu, sumber ancaman teroris berasal dari aktor di luar negara dan kelompok tidak memiliki ideologi. Penanggulangan ancaman teroris itu semakin meningkat, mulai dari pencegahan dan penanganan nasional, dwipihak, kawasan, bahkan global. Menteri Pertahanan Malaysia juga menyoroti kejahatan teroris di laut, misalnya, pembajakan, perompakan, dan penyanderaan di laut. "Penyerangan kapal induk Amerika USS Cole di pelabuhan Aden, Yaman, pada Oktober 2000 dapat menggambarkan kemampuan teroris laut dalam menghancurkan sasarannya," tambah dia. Sementara itu, Laksamana Andrew M Singer, Direktur Intelejen Amerika Serikat untuk Kawasan Pasifik, mengatakan, "Ada peningkatan ancaman di selat Malaka dan laut Cina Selatan, yang menjadi pusat lalulintas kapal pengangkut dagangan strategis," katanya. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia diwakili Mayor Jenderal Edi Budianto, Asisten Intelijen Kepala Staf Umum TNI, yang menyatakan Indonesia tidak membawa misi apa pun, karena itu merupakan pertemuan pertama kali.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007