"SOP (standar operasional) sesuai operasi pertolongan dan pencarian sesuai undang undang itu tujuh hari, ditambah tiga hari jadi sepuluh. Setelah 10 hari kita analisa, kalau memang ada kemungkinan ya diperpanjang terus," ujar Syaugi di Jakarta, Selasa.
Syaugi mengungkapkan pihaknya tidak memiliki kendala selama pencarian dan evakuasi berlangsung, tetapi hanya terkendala masalah waktu.
Sementara itu, tim Basarnas sudah menemukan titik koordinat dimana pesawat yang membawa 189 korban jiwa tersebut terjatuh.
Tim Basarnas semasa pencarian pesawat tersebut sempat menemui endapan lumpur setinggi 30 meter, namun dikatakan oleh Syaugi hal tersebut tidak menjadi pengahalang timnya dalam melakukan pencarian.
Sedangkan pencarian untuk menemukan badan utama pesawat masih terus dilakukan.
"Titik koordinat sudah kalau main body belum ketemu jadi sekarang masih dicari dengan alat namanya multibeam echo sounder di samping penyelaman," jelas dia.
Di sisi lain, tim Basarnas kini mengonsentrasikan pencarian badan pesawat yang diduga terdapat lebih banyak lagi korban kecelakaan pesawat tersebut.
"Nanti kalau sudah ketemu kita akan update, doakan saja," pungkasnya. Sebelumnya, pesawat tipe B737-8 Max dengan Nomor Penerbangan JT 610 milik operator Lion Air yang terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir Pangkal Pinang, Bangka Belitung telah hilang kontak pada 29 Oktober 2018 pada sekitar pukul 06.33 WIB.
Pesawat bernumpang 189 orang dengan nomor registrasi PK-LQP itu dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E.
Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang pada Pukul 07.10 WIB. Pesawat sempat meminta diizinkan kembali ke Bandara Soekarno-Hatta atau melakukan "return to base" sebelum akhirnya hilang dari radar.
Basarnas memastikan pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018