Jakarta (ANTARA News) - Anak-anak yang main gadget tujuh jam atau lebih dalam sehari didiagnosa dua kali lebih berpotensi depresi atau cemas dibanding yang cuma menatap layar gadget sejam sehari, studi yang diterbitkan di jurnal "Preventive Medicine Reports", dikutip Time, Senin (30/10).
Data berasal dari 40 ribuan lebih anak-anak usia dua hingga 17 tahun dari Survei Kesehatan Anak Nasional Biro Sensus 2016.
Sekitar 20 persen anak-anak usia 14 hingga 17 tahun menghabiskan waktu di layar gadget tujuh jam atau lebih setiap harinya.
Seiring dengan hubungan antara waktu layar dan diagnosis depresi dan kecemasan, studi ini menemukan bahwa anak-anak yang menghabiskan waktu tujuh jam atau lebih sehari di layar (tidak termasuk saat memakai gadget untuk mengerjakan tugas sekolah) lebih mudah terganggu, kurang stabil secara emosional dan memiliki lebih banyak masalah dalam menyelesaikan tugas dan bermasalah dalam mencari teman dibandingkan dengan mereka yang menghabiskan satu jam sehari di layar (tidak termasuk saat memakai gadget untuk mengerjakan tugas sekolah).
Banyak dari tren negatif yang sama ini juga muncul ke tingkat yang lebih rendah di antara orang-orang muda yang menggunakan layar selama empat jam sehari. Juga, remaja tampaknya memiliki lebih banyak masalah daripada anak-anak yang lebih muda akibat penggunaan layar yang berat.
Remaja disebut punya masalah yang lebih banyak dibanding anak-anak yang lebih muda karena penggunaan gadget yang lebih lama.
"Pada awalnya, saya terkejut bahwa asosiasi itu lebih besar untuk remaja daripada untuk anak-anak yang lebih muda," kata Jean Twenge, penulis utama studi dan seorang profesor psikologi di San Diego State University.
“Namun, remaja menghabiskan lebih banyak waktu di ponsel dan di media sosial, dan kami tahu dari penelitian lain bahwa kegiatan ini lebih terkait erat dengan kesehatan yang buruk dibanding kegiatan menonton TV dan video, yang lebih sering dilakukan anak-anak yang lebih muda.”
Twenge menghabiskan beberapa tahun terakhir memeriksa efek teknologi digital pada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, banyak yang didokumentasikan dalam buku iGen-nya.
Beberapa karyanya baru-baru ini telah mengaitkan bentuk-bentuk media yang lebih baru - terutama telepon pintar dan media sosial - dengan masalah tidur di kalangan remaja.
Dia juga menemukan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu di layar cenderung kurang bahagia dibandingkan anak-anak yang terlibat dalam aktivitas non-layar seperti olahraga, membaca media cetak tradisional, atau menghabiskan waktu bersosialisasi dengan teman secara tatap muka.
Karyanya berkontribusi pada kekhawatiran yang berkembang di antara beberapa orang tua, guru, pembimbing, dan dokter bahwa remaja yang terlalu banyak menghabiskan waktu di layar — terutama pada ponsel — mungkin terkait dengan peningkatan depresi remaja dan bunuh diri baru-baru ini.
Twenge mengatakan studinya menunjukkan "hubungan yang jelas dan kuat" antara waktu layar yang lebih banyak dan kesehatan yang lebih buruk.
"Saat ini, pedoman American Academy of Pediatrics (AAP) menetapkan batas waktu tertentu pada waktu layar hanya untuk anak-anak [usia] lima tahun dan lebih muda," katanya.
“Temuan-temuan ini dan yang lain menyarankan bahwa AAP harus mempertimbangkan untuk memperluas batasan-batasan spesifik ini kepada anak-anak dan remaja yang lebih dewasa.
AAP saat ini merekomendasikan bahwa anak-anak usia 2-5 tahun diijinkan menggunakan layar tidak lebih dari satu jam sehari, tidak termasuk waktu yang dihabiskan untuk mengobrol video dengan keluarga atau teman.
Tetapi mereka tidak merekomendasikan pembatasan waktu layar khusus untuk anak-anak yang lebih dewasa.
Baca juga: Tips saat kenalkan anak dengan teknologi
Baca juga: Pentingnya orangtua lakukan "detoks" gawai
Baca juga: Empat menteri imbau pembatasan penggunaan gawai
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018