Kemungkinan saham-saham global beralih ke pasar bearish meningkat
Tokyo (ANTARA News) - Pasar saham Asia berada di bawah tekanan pada perdagangan Selasa, setelah Wall Street berakhir melemah, terpukul kekhawatiran baru tentang perang dagang AS-China dan berada di jalur penurunan Oktober terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Indeks MSCI, ukuran terluas dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang, meluncur 0,1 persen, menyusul kemerosotan di pasar saham AS. Indeks telah jatuh lebih dari 12 persen sepanjang bulan ini.
Indeks acuan Nikkei Jepang naik 0,9 persen dan indeks acuan Australia turun 0,2 persen pada perdagangan pagi hari ini.
Indeks-indeks utama AS turun tajam dalam perdagangan volatil, setelah Bloomberg melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) sedang bersiap untuk mengumumkan tarif pada semua impor China yang tersisa pada awal Desember, jika perundingan bulan depan antara presiden Donald Trump dan Xi Jinping tidak membuahkan hasil.
Indeks volatilitas CBOE Global Markets, yang dikenal sebagai "pengukur rasa takut" Wall Street, melompat ke setinggi 27,86 poin, tertinggi sejak 11 Oktober dan tertinggi kedua sejak guncangan volatilitas di awal Februari.
"Kemungkinan saham-saham global beralih ke pasar bearish meningkat," kata Analis Lintas Aset di Nomura Securities, Masanari Takada, seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Saham Boeing anjlok 6,59 persen seiring kejatuhan Wall Street
"Sementara beberapa investor yang melihat fundamental membeli saham ketika turun, ada pemain lain yang terus menjual secara otomatis dalam menanggapi volatilitas tinggi. Para pembeli akan kewalahan jika kami memiliki berita negatif tentang tarif pada saat seperti ini."
Indeks saham utama China turun tajam pada Senin (29/10) karena laporan laba dari perusahaan-perusahaan industri dan konsumen meningkatkan kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi dan dampak dari dukungan kebijakan sejauh ini.
Indeks Komposit Shanghai melemah 2,2 persen menjadi berakhir di 2.542 poin, jauh di bawah angka penting 2.600 poin, sementara indeks CSI300 saham-saham unggulan atau blue-chip ditutup 3,0 persen lebih rendah.
Baca juga: Bursa China melemah dengan indeks komposit Shanghai turun 0,14 persen
Yuan China ditutup pada yang terlemah dalam lebih dari satu dekade pada Senin (29/10), kehilangan 0,16 persen menjadi mengakhiri sesi domestik di 6,9560 per dolar AS, menimbulkan spekulasi mengenai apakah bank sentral akan mentolerir penurunan di luar level kunci 7,0 per dolar AS.
Sebelum pasar spot dibuka, yuan di luar negeri sedikit berubah pada 6,9730 setelah jatuh pada Jumat (26/10) ke angka terendah 6,9760 terhadap dolar AS, terlemah sejak Januari 2017.
Baca juga: China patok kurs tengah yuan terendah sejak 2008
Indeks dolar AS naik dan tepat di bawah tertinggi 10-minggu yang tercapai pada Jumat (26/10). Indeks menguat karena penurunan euro setelah berita Kanselir Jerman Angela Merkel tidak akan meminta pemilihan umum kembali sebagai ketua partai CDU-nya.
Merkel mengatakan dia tidak akan meminta pemilihan kembali sebagai ketua partai, mengakhiri dari era 13-tahun di mana dia mendominasi politik Eropa.
Harga minyak beringsut lebih rendah semalam setelah Rusia mengisyaratkan bahwa produksi akan tetap tinggi dan karena kekhawatiran atas ekonomi global memicu kecemasan tentang permintaan minyak mentah.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate dan Brent terakhir masing-masing diperdagangkan pada 66,81 dolar AS dan 76,77 dolar AS per barel. Baca juga: Harga minyak jatuh, Rusia isyaratkan produksi tetap tinggi
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018