Dolar AS mendapat manfaat dari status safe haven-nya, menyusul penurunan tajam dalam harga-harga saham...

Singapura (ANTARA News) - Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama saingannya pada perdagangan Selasa didukung oleh tawaran safe haven, karena peningkatan ketegangan perdagangan dan ketakutan perlambatan pertumbuhan ekonomi global membebani selera investor terhadap aset-aset berisiko.

Yen Jepang, juga dilihat sebagai mata uang safe haven selama masa kekhawatiran investor meningkat. Yen diperdagangkan dalam kisaran sempit menjelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), yang akan dirilis pada Rabu (31/10).

Investor menghindari aset-aset berisiko dan pindah membeli greenback, setelah Bloomberg melaporkan bahwa Washington sedang bersiap untuk mengumumkan tarif atas semua barang impor dari China yang tersisa pada awal Desember, jika perundingan bulan depan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping gagal meredakan perang dagang.

Trump dan rekannya dari China akan bertemu di sela-sela KTT para pemimpin Kelompok 20 di Argentina pada akhir November.

Indeks dolar AS, ukuran kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan pada 96,66, naik 0,1 persen pada Selasa. Indeks mencapai tertinggi 2018 dii 96,98 pada 15 Agustus.

"Dolar AS mendapat manfaat dari status safe haven-nya, menyusul penurunan tajam dalam harga-harga saham akibat meningkatnya kekhawatiran perang perdagangan," kata Kepala Strategi Mata Uang di NAB, Ray Attrill.

Ekuitas AS berbalik melemah tajam pada Senin (29/10), membalikkan awal yang positif dipimpin oleh penurunan saham-saham teknologi.

Para investor khawatir bahwa laba perusahaan-perusahaan dapat melemah kuartal ini, karena biaya pinjaman meningkat dengan Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, diikuti oleh kemungkinan dua kenaikan lagi pada 2019.

Yen Jepang diperdagangkan datar di perdagangan Asia pada Selasa, setelah melemah terhadap dolar AS pada Senin (29/10).

"Yen sepertinya tidak mendapatkan status safe haven-nya secara normal," kata Attrill. "Alasannya mungkin investor Jepang telah menjadi pembeli bersih ekuitas asing pada Oktober yang menjaga dolar AS/yen dari tren lebih rendah."

Pedagang yen juga akan fokus pada pertemuan kebijakan moneter bank sentral yang dijadwalkan Rabu (31/10).

Sementara itu, ketidakpastian politik terus membayangi euro. Mata uang tunggal yang diperdagangkan relatif tidak berubah versus dolar AS di 1,1374 dolar AS pada Selasa, setelah mencapai terendah 10-minggu di 1,1332 dolar AS pada Senin (29/10), karena berita bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel tidak ingin terpilih kembali sebagai kepala partai Kristen Demokrat (CDU).

Euro juga telah tertekan oleh kebuntuan yang sedang berlangsung antara Brussels dan Roma atas anggaran belanja Italia yang akan melanggar peraturan fiskal Uni Eropa.

"Risiko utama terhadap euro adalah jika koalisi di Jerman runtuh sebelum 2019. Itu ditambah dengan berita-berita negatif yang mengalir keluar dari Italia bisa mengarah ke badai sempurna," kata Attrill seperti dikutip dari Reuters.

Baca juga: Rupiah melemah terimbas koreksi pasar saham AS

Baca juga: China patok kurs tengah yuan terendah sejak 2008

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018