Ramallah (ANTARA News) - Dewan Sentral Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Senin malam (29/10), menyatakan akan membekukan pengakuannya untuk Israel, sampai Israel mengakui Negara Palestina dengan dasar perbatasan pra-1967 dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Setelah pertemuan dua hari di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, Dewan itu menyatakan PLO dan Pemerintah Otonomi Palestina juga akan mengakhiri kerja sama keamanan dan membekukan kesepakatan ekonomi sebagaimana ditetapkan berdasarkan Protokol Ekonomi Paris 1994, kata kantor berita Palestina, WAFA.
Dewan Sentral PLO juga memutuskan untuk mencabut keabsahan Kesepakatan Oslo, katanya.
Dewan tersebut menyatakan keputusan itu diambil "karena berlanjutnya penyangkalan Israel atas semua kesepakatan yang telah ditandatangani, demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.
Keputusan tersebut harus disetujui oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Dewan Eksekutif PLO.
Pada Ahad, militer Israel menewaskan seorang pria Palestina di pantai bagian utara Jalur Gaza, di tengah demonstrasi yang berlangsung guna menentang blokade darat, laut dan udara Israel.
Ashraf Al-Qidra, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina, mengatakan di dalam satu pernyataan tertulis bahwa Mohammad Abu-Iabdah (27) ditembak hingga tewas oleh militer Israel selama demonstrasi pada Ahad.
Komite Nasional Jalur Gaza bagi Penerobosan Pengepungan melancarkan kegiatan dari pantai bagian utara Jalur Gaza, tak jauh dari zona penyangga Jalur Gaza-Israel --yang dijaga ketat.
Itu adalah yang ke-13 tahun ini pegiat di Jalur Gaza menyelenggarakan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan itu, beberapa perahu secara perlahan mendekati perbatasan laut sebelum dengan cepat mundur karena menghadapi tembakan gencar senapan mesin militer Israel.
Israel pertama kali memberlakukan blokade atas daerah kantong pantai Palestina tersebut pada 2006, setelah Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS), yang mendukung perlawanan bersenjata melawan pendudukan beberapa dasawarsa Israel, menang dalam pemilihan anggota Dewan Legislatif.
Tahun berikutnya, Israel meningkatkan blokade, setelah HAMAS merebut seluruh wilayah Jalur Gaza --yang masih dikuasainya hari ini-- dari faksi Palestina pesaingnya, Fatah.
Blokade itu, yang masih berlangsung, melumpuhkan ekonomi Jalur Gaza, membuat lebih dari juta warganya kesulitan mendapatkan berbagai barang kebutuhan dasar.
Baca juga: PLO kecam ancaman Israel untuk hentikan kegiatan UNRWA di Jerusalem
Baca juga: AS ingin pertahankan kantor PLO di Washington
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018