"Memang berawan, namun tidak ada awan jenis cumulonimbus (Cb). Kalaupun terdeteksi kami pasti akan memberikan peringatan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran pers lembaga, Senin.
Dia menjelaskan bahwa menjelang pesawat lepas landas tidak ada indikasi kondisi cuaca yang signifikan dan saat itu arah angin bervariasi Selatan - Barat dengan kecepatan yang relatif lemah.
Awan-awan yang tumbuh di sekitar lokasi kejadian pada umumnya adalah awan cumulus, bukan awan Cb yang membahayakan bagi penerbangan.
Dari rentang waktu antara lepas landas hingga pesawat hilang kontak, kata Dwikorita, diperkirakan pesawat masih berada di bawah ketinggian 10.000 kaki di atas permukaan laut.
Sebelum pesawat terbang, BMKG menginformasikan prakiraan cuaca lengkap berdasarkan citra satelit, citra radar maupun pengamatan cuaca bandara setempat menggunakan Automatic Weather Observation System (AWOS).
Informasi tersebut mencakup arah angin dan kecepatannya, jarak pandang, suhu, dan tekanan; juga kondisi cuaca di bandara keberangkatan, bandara tujuan dan di sepanjang rute penerbangan.
Pesawat Lion Air JT 610 dengan register pesawat PK L QP Tipe Boeing 738 Max yang terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang dilaporkan jatuh setelah hilang kontak tak lama selepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul 06.10 WIB.
Badan SAR Nasional (Basarnas) kemudian menginformasikan pesawat yang membawa 178 penumpang tersebut jatuh di Perairan Tanjung Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Baca juga:
Pencarian korban kecelakaan Lion Air dilakukan 24 jam
KRI Rigel-933 petakan jatuhnya pesawat Lion Air
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018