Jakarta (ANTARANews) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan pencarian pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin, dilakukan secara terus menerus selama 24 jam.
"Gunakan lampu agar bisa kerja keras," kata Joko Widodo usai bertemu dengan keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin malam. Dia mengatakan tim pencarian di lapangan harus bekerja keras untuk menemukan semua korban dan badan pesawat.
Sementara itu, Badan SAR Nasional memprediksi ada banyak korban yang berada di dalam pesawat Lion Air JT610. Direktur Operasional dan Latihan Basarnas Brigadir Jenderal Marinir Bambamg Suryo Aji di kantor Basarnas Jakarta, Senin mengatakan proses pencarian yang dilakukan sejak pagi hingga sore hari di sekitar titik lokasi jatuhnya pesawat hanya menemukan beberapa potongan puing pesawat dan sejumlah potongan tubuh korban yang mengapung di permukaan air.
"Oleh karenanya Basarnas harus segera mencari posisi kapal tersebut untuk dilaksanakan penyelaman, karena sangat memungkinkan sekali kedalamannya untuk kita lakukan penyelaman," kata Suryo.
Suryo mengatakan Basarnas telah mengerahkan 40 personil Basarnas Special Group dan akan menambah personil lagi dari kantor SAR Semarang dan Lampung.
"Seluruh personel Basarnas 150 nanti kita tambah lagi dari kantor SAR Semarang maupun Lampung juga bergerak. Ditambah dari TNI AL baik dari Kopaska maupun Marinir untuk membantu," kata dia.
Untuk saat ini pencarian diutamakan untuk mengetahui lokasi tepatnya bangkai pesawat di dalam air dengan menggunakan beberapa alat pendeteksi dan robot ROV yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Kapal hidro-oseanografi milik TNI yaitu KRI Rigel 933 dan kapal dari BPPT juga dikerahkan untuk mendeteksi bangkai pesawat di dasar laut. Pesawat JT610 itu membawa 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua bayi dengan dua pilot dan lima awak pesawat.
Baca juga: Basarnas prediksi korban masih di dalam pesawat Lion Air
Pewarta: Santoso
Editor: Teguh Priyanto
Copyright © ANTARA 2018