Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) siap terlibat dalam pencarian kotak hitam pesawat Lion Air JT 610, yang jatuh di Perairan Karawang pada Senin pagi.

Deputi BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Hammam Riza mengatakan lembaganya akan menurunkan Kapal Riset Baruna Jaya I, yang dilengkapi peralatan canggih untuk menemukan kotak hitam pesawat yang menyimpan informasi penting tentang komunikasi terakhir pesawat sebelum hilang kontak.

"Kami telah diminta oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi dan akan koordinasi dengan Basarnas untuk melakukan operasi ini. Kapal Baruna Jaya I akan kami berangkatkan nanti malam atau paling lambat esok pagi dari Dermaga Muara Baru,” kata Hammam dalam keterang tertulis, Senin.

Kapal Baruna Jaya I akan membawa perangkat berteknologi canggih untuk mendukung misi pencarian kotak hitam, termasuk Multi Beam Echo Sounder, Side Scan Sonar, Megato Meter dan Remote Operated Vehicle (ROV).

Multi Beam Echo Sounder berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri di dalam laut. Alat yang merupakan pengembangan dari Single Beam Echo Sounder itu digunakan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan atau topografi dasar perairan.

Side Scan Sonar memiliki prinsip kerja serupa dengan Multi Beam Echo Sonar, namun memiliki jangkauan yang lebih luas dan berfungsi untuk melakukan pemetaan lebih tajam.

Megato Meter atau alat deteksi logam digunakan jika hasil uji yang didapat oleh dua alat sebelumnya menunjukan indikasi adanya objek di dasar laut.

Sementara, ROV merupakan kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat.

Kapal Baruna Jaya digunakan untuk membantu menemukan kotak hitam pesawat Air Asia QZ 8501 pada awal 2015.

"Baruna Jaya juga sebelumnya terlibat dalam pencarian pesawat Adam Air 574 yang hilang pada Januari 2007 silam di barat laut Makassar, pencarian kapal feri Baruga di Selat Sunda pada 2013, dan pencarian KM Gurita di Sabang pada 1996," kata Hammam.

"Baruna Jaya merupakan kapal yang biasa digunakan untuk kegiatan riset batimetri untuk mengukur kedalaman laut dan memetakan struktur bawah laut. Sensor sonar yang dimiliki kapal ini dapat mendeteksi objek hingga kedalaman 2.500 meter," ia menambahkan.

Kapal Baruna Jaya juga turut membantu proses identifikasi Kapal Sinar Bangun di perairan Danau Toba pada pertengahan 2018.

Kapal BPPT itu baru kembali dari perairan Palu-Donggala usai melakukan survei batimetri pascabencana gempa dan tsunami, serta mendalami fenomena likuifaksi yang terjadi di sana.

"Kami harapkan dukungan kami dapat membantu dengan cepat menemukan kotak hitam dari Lion Air J 610. Mewakili segenap keluarga besar BPPT, kami juga ucapkan belasungkawa kepada keluarga korban," kata Hammam.

Kepala Balai Teknologi Survei Teknologi Kelautan BPPT M. Ilyas mengatakan armada Kapal Riset Baruna Jaya I sudah bersiap melakukan misi menemukan kotak hitam pesawat.

"Kami akan melaksanakan misi ini dengan sepenuh hati, agar musibah ini segera ditangani dengan baik," katanya.

Basarnas telah memastikan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang membawa 189 orang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi.

Pesawat type B737-8 Max dengan Nomor Penerbangan JT 610 milik Lion Air yang terbang dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Banten, menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkalpinang pada Senin pukul 06.10 WIB itu dilaporkan hilang kontak sekitar pukul 06.33 WIB.

Baca juga:
Pencarian korban kecelakaan Lion Air dilakukan 24 jam
Tujuh kantung jenazah penumpang Lion Air diperiksa Selasa

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018