Kuala Lumpur (ANTARA News) - Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohammad menyampaikan duka cita atas musibah pesawat Lion Air JT610 di perairan Karawang, Senin.
Pernyataan Mahathir itu disampaikan melalui Twitter-nya, yang hingga pukul 18.30 waktu setempat mendapatkan 1.602 "re-tweet" dan 2.739 "like".
"Saya sedih dan terkejut menerima berita pesawat Lion Air JT610, yang terhempas di perairan Karawang pagi tadi. Saya ingin mengucapkan takziah kepada keluarga korban dalam tragedi itu," katanya.
Pada kesempatan terpisah, Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam siaran persnya menyatakan bahwa berdasarkan atas keterangan dari pemerintah Indonesia, pesawat Lion Air JT610, yang lepas landas dari bandar udara Soekarno-Hatta pada pukul 06.20 waktu Indonesia Barat, jatuh di perairan Karawang, utara pulau Jawa, 15 menit sesudahnya.
Pesawat jenis Boeing 737-800 tersebut membawa 188 penumpang, termasuk seorang anak-kanak, dua bayi serta tujuh awak, dalam penerbangan dari Jakarta ke Pangkal Pinang, kepulauan Bangka Belitung.
Usaha mencari dan menyelamatkan masih dilaksanakan satuan pencari dan penolong di tempat kejadian, menurut keterangan.
Kementerian Luar Negeri mengumumkan bahwa Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta telah menghubungi pemerintah setempat untuk mendapatkan rincian korban musibah tersebut.
Sejauh ini, tidak ada warga Malaysia dilaporkan menjadi korban dalam kejadian itu. Kedutaan tersebut akan terus berhubungan dengan pihak berwenang setempat untuk memantau perkembangan.
Warga Malaysia, yang memerlukan bantuan konsuler atau informasi mengenai kejadian itu, bisa menghubungi kedutaan melalui E-mail mwjakarta@kln.gov.my/jkonsular@gmail.com atau nomor telepon +62215224947 dan +6281380813036 (whatsapp).
Sementara itu, pemilik Lion Air Rusdi Kirana belum berhasil dihubungi terkait musibah tersebut.
Baca juga: Jokowi minta pencarian dan pertolongan korban Lion Air JT610 secepatnya
Baca juga: Karangan bunga bela sungkawa tiba di Menara Lion Air
Editor: Boyke Soekapdjo
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018