Jakarta (ANTARA News) - Pencarian korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang serta bangkai pesawat nahas tersebut akan dilakukan 24 jam menurut Basarnas.
"Pencarian 24 jam diprioritaskan dengan peralatan seperti KRI Rigel, dengan kapal BPPT 24 jam, terus tidak berhenti selama 24 jam," kata Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Brigadir Jenderal Marinir Bambang Suryo Aji dalam konferensi pers di kantor Basarnas Jakarta, Senin.
Suryo mengatakan saat ini lokasi keberadaan bangkai pesawat yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, tersebut belum diketahui karenanya pencarian difokuskan untuk menemukan lokasi tenggelamnya pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 tersebut.
Basarnas saat ini mengerahkan tim penyelam Basarnas Special Group beranggotakan 40 personel untuk mencari korban di perairan pada kedalaman 30-35 meter. Pencarian difokuskan di wilayah 150 mil laut dari koordinat jatuhnya pesawat.
Sementara proses evakuasi malam hari diprioritaskan menggunakan KRI Rigel 933 yang merupakan Kapal Bantu Hidro-Oseanografi untuk mendeteksi bangkai pesawat di dalam laut.
Kapal Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki teknologi seperti sonar maupun Remotely Operated Vehicles (ROV) seperti yang digunakan pada KRI Rigel 933 akan mendukung operasi pencarian.
Basarnas saat ini baru menemukan potongan bagian pesawat dan potongan tubuh korban yang terlihat mengapung di permukaan laut. Potongan tubuh korban tersebut dibawa dalam enam kantong jenazah yang kemudian dikirimkan ke rumah sakit Polri di Kramat Jati Jakarta.
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang terbang dari Bandar Udara Soekarno-Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkalpinang pada Senin pukul 06.10 WIB dilaporkan hilang kontak sekitar pukul 06.33 WIB. Basarnas kemudian menyatakan pesawat yang membawa dua pilot dan lima kru serta 178 penumpang itu jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Baca juga:
Tujuh kantung jenazah Lion Air diperiksa Selasa
Keluarga penumpang Lion Air mengharapkan keajaiban
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018