Padang (ANTARA News) - Presiden RI kelima sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang menyinggung keberadaan politisi "sontoloyo".

Megawati mengatakan setiap politisi hendaknya mengedepankan kemashlahatan rakyat dalam berpolitik.

"Politik itu kan sebenarnya memang kemaslahatannya untuk rakyat. Kalau ada perbedaan, kita tidak perlu harus ikut mencaci-maki dan sebagainya," kata Megawati saat ditanya wartawan, seusai menghadiri acara penganugerahan doktor kehormatan dari Universitas Negeri Padang untuk tokoh Malaysia, Dato' Seri Anwar Ibrahim, Senin.

Sebelumnya Presiden Jokowi menyinggung keberadaan politisi "sontoloyo", yang kerap menggunakan cara tidak sehat untuk meraih simpati rakyat, termasuk mengkritik program pemerintah yang ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.

Menurut Megawati, di dalam sebuah negara, terdapat tata kelola pemerintahan, sehingga ada tempat untuk memperdebatkan ide dan gagasan.

"Di dalam tata pemerintahan itu, meskipun apapun juga bentuknya, pasti ada yang namanya parlemen. Parlemen kalau di kita adalah DPR, disitulah sebenarnya rakyat bisa berdebat, begitu juga kalangan politisinya," jelas Megawati.

Putri Presiden pertama RI Soekarno itu menekankan setiap partai politik memiliki fraksi sebagai perwakilan di parlemen untuk beradu gagasan atau menyampaikan kritik.

Namun kenyataannya perbedaan yang ada justru dijadikan bak ajang pertarungan yang tidak sehat.

"Padahal kita ini satu bangsa, satu negara, dan yang akan terkena dampaknya di kemudian hari itu sebenarnya rakyat, apa akan mempermainkan rakyat," kata Megawati.

Dia menyatakan seharusnya para politisi bisa memelihara persaudaraan satu bangsa dan setanah air dengan mengelola perbedaan secara positif.

Baca juga: Kata PKB politisi "sontoloyo" karena perilaku politik alami dekadensi
Baca juga: Ma'ruf Amin: Politisi "sontoloyo" tentu ada
Baca juga: Jokowi sebut politikus sontoloyo pakai cara adu domba
Baca juga: Mendagri: 'Sentoloyo' peringatan agar santun berpolitik

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018