Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR bidang pertahanan dan luar negeri, Yusron Ihza Mahendra, menyatakan Rusia dengan kemampuan teknologi pertahanan dan energi serta sumberdaya alamnya yang melimpah dapat menjadi `kartu diplomasi` RI di era baru. Anggota Fraksi Partai Bulan Bintang itu mengatakan hal itu kepada ANTARA, di Jakarta, Kamis, sehubungan dengan kedatangan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Jakarta, Kamis. "Kunjungan ini merupakan hal amat penting dalam sejarah diplomasi RI-Rusia. Namun begitu, kita tentu tak mau hal ini sekedar menjadi catatan sejarah belaka, atau hanya sekedar sebuah seremoni atau ritus untuk dikenang," katanya mengingatkan. Sebaliknya, demikian Yusron, Indonesia harus menjadikan kedatangan kepala negara Rusia ini sebagai tonggak baru bagi peningkatan kembali hubungan kedua negara. "Di masa lalu, hubungan kedua negara pernah jaya. Istana Olahraga (Istora) "Gelora Bung Karno" Senayan yang dibangun Rusia (saat itu masih bernama Uni Soviet) adalah monumen bagi hal ini," kata alumnus Fisip Universitas Indonesia bergelar doktor ini. Yusron juga menunjuk pengalaman eratnya hubungan pertahanan dan kerjasama militer di masa Bung Karno yang menjadikan Indonesia pernah menjadi negara terkuat di Asia. "Yaitu bersamaan waktunya saat RI menggagas konsep bahwa konstelasi dunia bukan merupakan pertarungan sosialis lawan komunis, melainkan antara `New Emerging Forces` (Nefo) versus `Old Developed Forces` (Oldefo). Kemudian kita menggagas `Game of New Emerging Force` (Ganefo) sebagai saingan Olimpiade ala Barat dan Conefo (saingannya PBB)," ungkapnya. Tentu, lanjutnya, peta politik dunia sudah berubah, Perang Dingin usai, Tembok Berlin telah runtuh dan Uni Soviet pun berubah menjadi Rusia dan beberapa negara pecahan lainnya. "Namun, pentingnya Rusia dalam konstelasi politik dunia tidak berubah jauh. Terlebih lagi setelah Putin tampaknya ingin membuat Rusia `lebih hadir` kembali di pentas internasional," katanya meyakinkan. Yusron juga mengingatkan pantas dicatat, sumber minyak Rusia yang amat besar di Siberia dan kecenderungan terus meningkatnya harga minyak dunia sampai lima atau 20 tahun mendatang` akan membuka peluang bagi Rusia menjadi lebih kaya di masa-masa dekat ini. "Dengan dikombinasikan pula dengan kemajuan teknologi Rusia, terutama di bidang energi dan pertahanan, maka akan amat positif jika RI meningkatkan hubungan dengan Rusia," tandasnya. Yusron menilai kondisi ini akan sangat bagus bagi Indonesia, jika bisa dimanfaatkan dalam konstelasi diplomasi internasional. "Artinya, jika kita mempunyai hubungan yang lebih erat dengan Rusia dan jika Rusia memang tumbuh kembali sebagai negara yang kuat (adidaya), maka kita semakin punya kartu diplomasi yang lebih banyak dan dapat kita gunakan untuk kepentingan nasional kita," tandasnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007