Bulan depan kita tandatangan di New York antara PT Bukit Asam, Pertamina dan Air Product untuk hilirisasi barubata jadi syngas dan DME

Bontang, Kalimantan Timur (ANTARA News) - PT Inalum akan menandatangani kerja sama hilirisasi batu bara dengan perusahaan asal Amerika Serikat Air Products, PT Bukti Aam dan PT Pertamina di New York pada November 2018.

“Bulan depan kita tandatangan di New York antara PT Bukit Asam, Pertamina dan Air Product untuk hilirisasi baru bara menjadi syngas dan DME,” kata Direktur Utama Inalum Budi G Sadikin, di sela-sela Rapat Koorrdinasi BUMN 2018 di Bontang, Kalimantan Timur, Minggu.

Kerja sama hilirisasi batubara menjadi syngas dan DME juga sudah dilakukan antara PT Bukit Asam Tbk, akan berkolaborasi dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk mengkonversi batubara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.

“Selain jadi listrik, batubara bisa jadi syngas itu untuk hilirisasi tahap I, untuk tahap II nya bisa jadi banyak, tanah jarang, pupuk urea, polyprophiline dan DME mirip sama LPG,” katanya.

Budi menuturkan pabrik pengolahan gasifikasi batubara sendiri direncanakan mulai beroperasi pada November 2022. Dia berharap produksi dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500.000 per tahun, 400.000 ton DME per tahun dan 450.000 ton Polypropylene per tahun.

Dengan target pemenuhan kebutuhan sebesar itu, diperkirakan kebutuhan batubara sebagai bahan baku akan sebesar sembilan juta ton per tahun; termasuk untuk mendukung kebutuhan batubara bagi pembangkit listriknya. Nilai keseluruhan proyek tersebut diperkirakan lebih dari tiga miliar dolar AS.

Program hilirisasi batubara merupakan bagian dari hilirisasi produk pertambangan oleh Holding Industri Pertambangan (HIP) dengan nilai proyek lebih dari 10 miliar dolar AS atau Rp150 triliun.

Baca juga: Inalum realisasikan proyek hilirisasi produk sektor pertambangan Rp150 triliun

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018