"Teorinya sederhana agar sebuah game syaratnya menjadi esports adalah games tersebut harus memiliki pemain organik atau organic player yang cukup , artinya bukan bot atau kecerdasan buatan yang didesain untuk melayani pemain manusia," ujar Manager Digital Games Product Management Telkomsel Rezaly S. Afhany di Jakarta, Kamis.
Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa biasanya game versi awal selalu dilengkapi banyak bot semacam ini, agar hal ini berkurang pihaknya harus membutuhkan pemain organik yang lebih banyak.
"Tidak angka pasti terkait jumlah minimum pemain aktif harian atau daily active users agar sebuah game bisa menjadi esports. Namun kami mematok jumlah minimum di angka 50 ribu pemain dalam satu hari yang bergabung di ruang permainan (room) tersebut," katanya di booth Dunia Games dalam Telkomsel Experience Zone.
Menurutnya, jika jumlah kurang dari angka tersebut maka akan muncul bot yang bisa membuat pengalaman ketika bermain menjadi kurang nyaman bagi para pemain.
"Shellfire" merupakan game pertama yang dirilis Telkomsel pada 1 Oktober lalu. Game ini memadukan genre first person shooter (FPS) dan multiplayer online battle arena (MOBA).
Kendati baru diluncurkan, ternyata "Shellfire" belum bisa dipertandingkan dalam liga esports mengingat jumlah pemainnya yang belum mencapai jumlah minimal pemain untuk sebuah liga esports.
Kendati demikian Rezaly berharap "Shellfire" bisa segera dipertandingkan dalam turnamen esports.
"Mudah-mudahan, kita berupaya mengejar dulu pengembangan game ini untuk platform iOS, dan setelah tuntas kita mungkin akan memulai online tourney. Dan jika hal tersebut mengundang banyak peminat maka kita akan lanjutkan dengan offline tourney baru kemudian ada liganya, kurang lebih seperti itu," pungkasnya.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018