Jakarta (ANTARA News) - Calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang, siap untuk menutup masa lalunya sebagai anggota Badan Intelejen Negara (BIN) jika terpilih memimpin KPK. Pada wawancara terbuka di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu, Saut yang masih aktif menjadi anggota BIN itu mengatakan, bukan masalah bagi dirinya untuk tampil di depan publik setelah 20 tahun menjalani kehidupan tersembunyi sebagai anggota intelejen. "Selama 20 tahun saya menjalani hidup di bawah gunung es. Untuk mengubah itu gampang, tinggal di`switch` saja," ujarnya. Anggota pansel, Daniel Sparringa mempertanyakan motivasi Saut untuk menjadi pimpinan KPK karena KPK adalah lembaga publik yang membutuhkan transparansi dan keterbukaan, sehingga berbeda dengan pekerjaan Saut selama ini yang bekerja secara diam-diam di dunia intelejen yang membutuhkan kesunyian. Namun, Saut mengaku siap untuk bekerja secara terbuka dan siap menutup masa lalunya sebagai anggota intelejen. Saut menuturkan, saat ini ia bertugas mengkoordinir intelejen Indonesia yang berada di luar negeri. Selama 20 tahun bertugas di lapangan, Saut mendapat tugas menganalisa sembilan elemen strategis bangsa, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (ipoleksosbudhankam). Ia bercerita, di antaranya pernah membuat laporan tentang polemik pembangunan PLTN Gunung Muria. Berdasarkan hasil analisisnya, ia melaporkan pembangunan PLTN itu memang perlu karena masyarakat membutuhkan daya ekonomi dari keberadaan PLTN tersebut. Saut mengatakan, meski selama ini ia hanya bertugas mengumpulkan data, menganalisa dan membuat laporan, namun sebenarnya hasil pekerjaan intelejennya dibutuhkan untuk setiap pengambilan kebijakan. Atas dasar itu, Saut mengklaim, pekerjaannya tidak berbeda dengan posisi pengambil kebijakan apabila nantinya menjabat pimpinan KPK. "Pekerjaan saya selama ini menghasilkan laporan tentang keputusan apa yang harus diambil untuk suatu kondisi tertentu. Kalau yang di atas ribut-ribut dan memutuskan lain, itu terserah mereka. Tetapi sekarang, sudah saatnya saya menjadi pengambil kebijakan," tuturnya. Sebagai bekal menjadi pimpinan KPK, Saut mengatakan, ia pernah mengepalai "desk" kejahatan transnasional yang mencakup korupsi dan pencucian uang. Ia mengatakan, BIN rela melepasnya untuk mencalonkan diri menjadi pimpinan KPK setelah ia termasuk salah satu dari 26 calon yang terpilih menjalani seleksi wawancara terbuka. Di hadapan pansel KPK, Saut mengatakan, apabila terplilih, kemungkinan besar ia akan kembali lagi ke BIN setelah selesai menjabat pimpinan KPK. "Mungkin itu ide yang bagus, untuk kembali ke BIN. Nanti BIN bisa menjadi `counterpart` KPK, karena orang BIN cukup banyak tersebar di mana-mana," ujarnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007