Mari kita bergandengan tangan untuk hal positif. Jangan bergandengan tangan, berkelompok, bersatu, untuk kehancuran dan permusuhan."
Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berharap kasus pembakaran bendera dengan tulisan kalimat tauhid yang diyakini sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia di Garut menjadi pelajaran bagi semua pihak.
"Mari kita ambil hikmahnya. Jadikan pembelajaran yang mahal bagi kita semua,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis.
Ia juga berharap persoalan itu tidak diperluas demi menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut dia, keselamatan Indonesia harus diutamakan.
Ke depan, lanjut alumnus Universitas Ummul Quro Mekkah, Arab Saudi itu, semua pihak harus bersatu dalam hal kebaikan dan menjauhi perilaku yang mengarah pada permusuhan dan kehancuran.
“Mari kita bergandengan tangan untuk hal positif. Jangan bergandengan tangan, berkelompok, bersatu, untuk kehancuran dan permusuhan," katanya.
Pada kesempatan itu Kiai Said menegaskan komitmen NU dalam menjaga empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Kami menolak kekerasan, radikalisme, apalagi terorisme atau kelompok yang tujuannya adalah terror dan radikal," katanya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018