Solo (ANTARA News) - Pada zaman "edan" ini baik secara fisik maupun bentuk budaya warisan kekayaan budaya bukan saja menghilang, tetapi ada yang pelan-pelan telah berpindah menjadi milik bangsa lain sehingga hal ini sangat menyakitkan. James F Sundah Ketua Bidang Apresiasi Seni Budaya Nasional dan Pengembangan Teknologi Informasi PAPPRI( Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia) mengatakan hal itu dalam dialog seni tradisi Solo Internasional Ethnic Music (SIEM) 1-5 September 2007, di Solo, Jateng, Rabu. Dalam dialog yang berjudul "Persimpangan di Zaman Edan," dia mengatakan, lepasnya pulau Sipadan Ligitan menjadi teritorial Malaysia dan bertambah luasnya wilayah Singapura gara-gara ekspor pasir dari Indonesia yang sekaligus melenyapkan pulau-pulau milik Indonesia. "Kemampuan kita menguasai teknologi di bawah negara-negara jiran ini. Ternyata mereka lebih dahulu bisa memanfaatkan akulturasi dan transisi budaya industri secara efektif sudah hampir merata dalam kehidupan," katanya. Ia mengatakan, tidak cuma `merebut` wilayah fisik, ekspansi kedua negara ini juga sudah merambah ke beberapa kekayaan budaya dan kesenian lokal Indonesia. Menurut dia, seperti yang dialami oleh I La Galigo sebuah traditional property etnis Bugis, Batik dari Jawa, angklung bambu Sunda, Kolontang Minahasa, Kesenian Dayak (yang mayoritas berada di wilayah Indonesia) dan masih banyak lagi warisan budaya yang mulai `terganggu` kepemilikannya. "Saat ini dalam perang digital semua kekayaan warisan leluhur kita telah menjadi rancu siapa pemiliknya. Dalam waktu tidak lama lagi mungkin akan berpindah menjadi milik mereka," katanya. Dalam ajang kompetisi global yang mengandalkan dunia teknologi informatika, katanya, Indonesia memang jauh tertinggal. Ironisnya semua fakta-fakta ini tidak banyak disadari oleh para petinggi dan penentu kebijakan di negeri ini karena ada beberapa faktor penyebabnya. Ia mengatakan, semua itu kemungkinan disebabkan selain sibuk mengejar kekuasaan politik juga keterbatasan anggaran pembangunan menyebabkan perlindungan dan pelestarian warisan budaya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007