Samarinda (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan Bandara APT Pranoto di Samarinda Kaltim sanggup melayani 50 penerbangan per hari.

"Sekarang baru 16 tapi yang akan datang mininal 100 movement per hari. Kira-kira 50 flight perhari take off. Jadi kalo 50 x 200 sudah 10.000," kata Budi Karya Sumadi di Bandara APT Pranoto Samarinda, Kamis.

Bandara APT Pranoto adalah bandara pengganti Bandara Temindung yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi karena runway sangat terbatas hanya berukuran 1.040m x 23m, berada di lokasi padat pemukiman sehingga keselamatan dan keamanan penerbangan sangat rawan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mulai membangun Bandara APT Pranoto pada 2011, dan pada 2013 terminal selesai dibangun. Pembangunannya sempat terhenti sebelum dilanjutkan kembali pada awal 2015 dengan menyelesaikan bangunan sisi udara secara bertahap.

"Saya secara pribadi dan sebagai menteri mengapresiasi Pemda Kaltim yang mengalokasikan sejumlah dana untuk membangun bandara ini bersama APBN," katanya.

Bandara tersebut diupayakan untuk dikembangkan sebagai bandara yang lebih representatif dengan ukuran runway 2.250m x 45m, taxiway berukuran 173 x 23m, apron 300m x 123m, dan mampu melayani pesawat Boeing 737-900 ER.

"Jadi Airbus 320 semua seri, Boeing 747 bisa mendarat di sini, dan saat ini kita akan kembangkan (kapasitas penumpang) dengan 1,5 juta pax/tahun tapi ke depan dengan restu Pak Presiden kita akan mengusulkan bandara ini akan lebih besar lagi," katanya.

Pada 2016 diikuti dengan penyerahan bandara ini dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk dikembangkan dan dioperasikan.

Awal beroperasi, Bandara APT Pranoto melayani rute penerbangan dan penumpang yang selama ini beroperasi di Bandara Temindung, dan juga melayani penumpang dari Bandara Sepinggan Balikpapan karena 80 persen penumpang Sepinggan berasal dari sekitar Samarinda.

Saat ini spesifikasi Bandara APT Pranoto di sisi darat telah dibangun gedung terminal seluas 12.700 m2 mampu menampung penumpang dengan kapasitas 1.500.000 pax/tahun serta gedung hanggar seluas 36.342 m2. "Kalau kita lihat dari potensinya Kaltim dengan penduduk yang lebih dari 3-4 juta mestinya penumpangnya bisa sampai 5 juta, ultimatenya bisa sampai 5 juta," katanya.

Ia mengatakan pembangunan bandara tersebut menelan biaya hingga Rp1,8 triliun dengan persentase kontribusi APBN Rp200 miliar dan sebagian besar dari APBD. Ke depan, Budi menambahkan, akan diupayakan bandara tersebut dikelola melalui mekanisme Kerja Sama Pengelolaan (KSP) antara Pemerintah dengan AP I.

"Memang kami akan upayakan bandara ini KSP kerja sama pengelolaan antara Pemerintah dengan AP I, mulai hari ini kami juga sudah menugaskan AP I untuk mulai mengoperasikan bandara ini agar pengelolaan lebih profesional dan tidak perlu melibatkan APBN," katanya.

Terkait beberapa titik akses menuju bandara yang masih sering menjadi daerah langganan banjir, Menhub mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemda untuk melakukan analisis dan tindak lanjut.

"Saya akan koordinasi dengan Pemda, saya pikir pemda sangat antusias untuk mengembangkan itu. Saya akan buat sesi khusus berkaitan dengan satu spot yang banjir apakah di jalan itu dinaikkan apakah kita lewat tentunya perlu analisis lebih dalam lagi," katanya.


Baca juga: Presiden bertolak ke Samarinda resmikan bandara baru

Baca juga: Bandara Pranoto Samarinda siap diresmikan Presiden

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018