Semarang (ANTARA News) - Forum Keamanan Siber dan Informasi (Formasi) mengingatkan masih minimnya pengamanan di level data terhadap serangan siber.

"Serangan siber sekarang tidak lagi sebatas level jaringan, melainkan sudah menembus level data," kata Koordinator Formasi Gildas Deograt Lumy di sela seminar nasional bertema "Mengamankan Industri 4.0" yang diprakarsai perusahaan layanan internet, G-media di Semarang, Rabu.

Dia mengakui kepedulian terhadap pengamanan di level jaringan terhadap serangan siber sudah cukup tinggi mencapai 80 persen, tetapi pengamanan di level data tak sampai lima persen.

"Padahal, di era industri 4.0 menjadikan dunia nyata dan maya tak lagi sekadar berjalan pararel, tetapi melebur jadi satu. Banyak hal di dunia nyata yang dikendalikan melalui dunia maya," katanya.

Implikasinya, kata dia, berbagai sektor pelayanan antara satu dengan lainnya akan semakin terkait, misalnya sektor transportasi dengan pemanfaatan uang elektronik.

Untuk menikmati fasilitas jalan tol, kata dia, sekarang ini sudah menggunakan uang elektronik dalam pembayarannya sehingga jika uang elektronik bermasalah tidak akan bisa masuk tol.

"Dari sini saja bisa dilihat bahwa industri keuangan, transportasi, dan pendukung lainnya saling terkait. Artinya, semakin banyak pertukaran data yang dilakukan," katanya.

Di sisi lain, kata dia, banyak pihak yang belum menyadari pentingnya pengamanan seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini yang kian canggih.

"Upaya pengamanan tidak bisa lagi dilakukan sebatas jaringan, tetapi harus lebih fokus pada pengamanan data untuk melindungi dari serangan siber," katanya.

Para arsitek keamanan siber, katanya, juga dituntut untuk mengubah pola pikir, yakni bagaimana mengembangkan infrastruktur pengamanan yang semakin canggih menghadapi serangan siber.

Bagaimana pengguna masih tetap bertukar data dan memanfaatkannya secara baik, kata dia, sekaligus aman dari upaya peretasan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

"Sebagai contoh telepon seluler. Barangnya dibawa ke mana-mana, tetapi gampang hilang atau dicuri. Padahal, banyak data di ponsel sehingga perlu semacam `brankas virtual`," katanya.

Baca juga: Menkominfo wisuda gladiator keamanan siber Born to Protect
Baca juga: IoT juga memiliki celah keamanan siber

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018