Tingkat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin pada bulan Agustus mencapai 55,1 persen, sementara pada Oktober naik menjadi 56,2 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi pada Agustus 30,3 persen, sementara pada Oktober 30,9 persen. Sementara mereka yang tidak menjawab atau tidak tahu sebesar 12,8 persen, turun dibandingkan Agustus sebesar 14,6 persen.
"Kenaikan ini tidak signifikan masih dalam margin of error 2,5 persen. Ini menunjukan belum ada pergerakan yang signifikan dari kedua pasangan dalam mendongkrak elektabilitas, maupun suatu peristiwa yang siginifikan dalam mempengaruhi elektabilitas," kata Peneliti Populi Center Dimas Ramadhan di Jakarta, Rabu, usai konpers rilis survei tersebut.
Survei tersebut dilakukan di 34 provinsi 23 September hingga 1 Oktober 2018, melibatkan 1.470 responden dengan proporsi gender, laki-laki dan perempuan masing-masing 50 persen.
Survei juga mendapati, dengan pertanyaan tertutup tingkat keterpilihan (elektabilitas) calon presiden Jokowi dan Prabowo sejak 2017 tidak banyak berubah. Pada Agustus 2017, tingkat elektabilitas Jokowi 55,5 persen. Pada Oktober 2018 berpasangan dengan Ma'ruf Amin, tingkat elektabilitas Jokowi 55,3 persen.
Sedangkan Prabowo pada Agustus 2017 sebesar 32 persen, sementara Pada Oktober, berpasangan dengan Sandiaga menjadi 29 persen.
Sementara itu, dalam survei didapati tingkat popularitas Jokowi mencapai 98,2 persen, sedangkan Prabowo mencapai 95,6 persen. Untuk cawapres, popularitas Sandiaga Uno mencapai 84,2 persen sedangkan Ma'ruf Amin mencapai 82,3 persen.
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018