Diplomasi kemanusiaan dan perdamaian Indonesia telah menjadi salah satu tonggak kebijakan luar negeri yang diapresiasi secara global. Kami akan terus menggunakan semangat ini untuk mengubah geopolitik kompetisi menjadi kolaborasi."
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia mengedepankan semangat kerja sama dan kolaborasi untuk menghadapi berbagai tantangan geopolitik global, yang diwarnai oleh persaingan dan proteksionisme.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam Jakarta Geopolitical Forum 2018 di Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa Indonesia selalu berupaya menjadi bagian dari solusi dunia dengan menjembatani semua kepentingan yang bertentangan dan meredakan konflik yang muncul untuk memperkuat ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran termasuk di ASEAN.
"Diplomasi kemanusiaan dan perdamaian Indonesia telah menjadi salah satu tonggak kebijakan luar negeri yang diapresiasi secara global. Kami akan terus menggunakan semangat ini untuk mengubah geopolitik kompetisi menjadi kolaborasi," kata Menlu Retno.
Indonesia akan memaksimalkan peran sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020 untuk menanamkan budaya dialog diantara anggota PBB serta memperkuat kolaborasi antara PBB dan organisasi regional lainnya.
Terhadap proteksionisme saat ini, Indonesia menyeru kerja sama ekonomi yang terbuka, adil, dan saling menguntungkan dengan mengintensifkan upaya negosiasi berbagai perjanjian perdagangan bebas, perjanjian dagang preferensial, dan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif.
Indonesia juga telah bekerjasama dengan Jerman dan Tunisia dalam penyelenggaraan Bali Democracy Forum chapter Berlin dan chapter Tunis, untuk bertukar pelajaran dan praktik-praktik demokrasi dengan harapan mengurangi ketegangan karena meningkatnya intoleransi.
Namun, Menlu menegaskan, Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri tanpa upaya kolektif dan kepemimpinan global.
Di tengah ketidakpastian global yang disebabkan, antara lain, dampak perang dagang antara AS dan China, perkembangan di Uni Eropa karena Brexit, dan bangkitnya unilateralisme, kerja sama antarnegara adalah opsi terbaik yang dapat diambil.
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Pertemuan Tahunan IMF-WB di Bali, 12 Oktober lalu, memaparkan lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan munculnya banyak masalah seperti peningkatan harga minyak mentah dan kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang.
Di tengah dunia yang diwarnai rivalitas dan kompetisi, Presiden Jokowi menegaskan tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran atau menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
"Indonesia selalu melihat kerja sama lebih baik daripada rivalitas dengan mengedepankan pendekatan saling menguntungkan. Semangat inilah yang ingin kami sampaikan dalam ASEAN, IORA, APEC, G20, maupun forum internasional lainnya," kata Menlu Retno.
Indonesia, ia melanjutkan, akan terus mengutamakan prinsip keamanan dan kesejahteraan dalam mengimplementasikan strategi geopolitik pada masa depan.
"Dan dengan kerja sama yang baik dan memperkuat kepemimpinan global, saya yakin harapan kami untuk dunia yang lebih baik akan sangat relevan," tutur Menlu Retno. ***2***
Baca juga: Jakarta Geopolitical Forum bahas isu keamanan global
Baca juga: Indonesia tawarkan konsep Indo-Pasifik inklusif
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018