Rawalpindi (ANTARA News) - Ledakan yang diduga aksi bom bunuh diri terjadi di sebuah bus yang membawa para karyawan departemen pertahanan, disusul beberapa menit kemudian dengan ledakan di sebuah pasar di kota Rawalpindi, Selasa. Serangan kembar itu terjadi di kota yang terletak tidak jauh dari Islamabad, ibukota Pakistan. Di kota itu terdapat markas besar militer serta kediaman resmi Presiden Pervez Musharraf, sekutu utama AS. "Kedua aksi itu sepertinya serangan bunuh diri," kata kepala jurubicara militer, Mayjen Waheed Arshad kepada AFP. Dia mengemukakan korban tewas dalam dua ledakan itu mencapai 24 orang serta 66 lainnya cedera. Bom pertama meledak di bus yang membawa para karyawan departemen pertahanan yang akan berangkat kerja. Enam belas penumpang tewas dan lebih dari selusin lainnya cedera, kata menteri dalam negeri Kamal Shah. "Tampaknya seseorang naik ke bus pada menit terakhir dan dia bukan karyawan departemen pertahanan. Kemungkinan dia meledakkan diri sendiri," kata Shah. Bus putih dengan 40 kursi itu hampir hancur seluruhnya akibat ledakan tersebut. Ledakan kedua terjadi sekitar tiga kilometer dari ledakan pertama, tepatnya di pasar R.A yang penuh sesak. Bom tersebut menewaskan paling tidak delapan orang, kata Shah. Petugas keamanan memperkirakan serangan tersebut ditujukan kepada kendaraan lain yang juga mengangkut karyawan pertahanan. Belum diketahui pasti jika para korban adalah anggota militer atau warga sipil. Serangan-serangan terjadi di Pakistan sejak militer menyerbu Masjid Merah di Islamabad pada bulan Juli. Lebih dari 100 orang tewas dalam pengepungan dan penyerbuan masjid pro-Taliban tersebut. Pejabat militer mengemukakan 60 tentara dan 250 anggota militan tewas dalam kekerasan pada pekan-pekan terakhir. Militer masih mencoba menyelamatkan lebih dari 150 tentara yang menurut pihak militan telah mereka culik pada akhir pekan lalu di kawasan kekuasaan suku di Waziristan Selatan. Pihak militer tetap menyatakan para tentara itu "terjebak" di tengah-tengah pertikaian antara pemberontak dengan para anggota suku setempat. (*)
Copyright © ANTARA 2007