Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Rabu pagi menguat, di tengah meningkatnya optimisme para pelaku pasar bahwa bank sentral AS (The Fed) akan menurunkan suku bunganya 25 basis poin yang menunjukkan bahwa ekonomi AS berjalan melambat. Nilai tukar rupiah naik 10 poin menjadi Rp9.388/9.390 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.398/9.411 per dolar AS. "Kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi AS memicu pelaku lokal berspekulasi membeli rupiah," kata Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, Rabu. Menurut dia, pelaku pasar masih hati-hati membeli rupiah dalam jumlah besar, mereka masih menunggu data ekonomi AS dan tenaga kerja pada hari Jumat nanti. Apabila The Fed jadi menurunkan suku bunga sebesa4 0,25 persen poin dari 5,25 menjadi 5,00 persen ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS makin melambat, katanya. Pelaku pasar, lanjut dia, masih khawatir dengan kasus gagal bayar kredit perumahan AS yang membuat negara adikuasa itu terpuruk. Karena itu, pelaku pasar mulai berspekulasi membeli rupiah menjelang munculnya investor asing ke pasar domestik untuk kembali menginvestasikan dananya di Indonesia, katanya. Menurut dia, masih berminatnya investor asing bermain di pasar domestik menunjukkan Indonesia masih merupakan pasar potensial untuk menanamkan modalnya, apalagi dengan stabilnya suku bunga acuan (BI Rate) pada 8,25 persen. "Kami memperkirakan peluang rupiah untuk kembali menguat sangat besar yang didukung oleh faktor eksternal maupun internal," ucapnya. Ditanya mengenai dolar AS, ia mengatakan dolar AS terhadap yen dan euro cenderung stabil, karena pelaku asing ragu-ragu mengambil posisi beli, mereka sedang menunggu keluarnya data ekonomi AS. Dolar AS terhadap yen mencapai 116,30 yen dan terhadap euro menjadi 1,3620. Pasar domestik saat ini memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja AS apakah membaik atau makin memburuk, ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007