Serang, Banten (ANTARA News) – Kekurangan zat besi pada anak tidak boleh dipandang mata karena memengaruhi tumbuh kembang anak dan membentuk generasi anemia.
“Anak yang mengalami kekurangan zat besi itu nantinya tinggi badannya lebih pendek dari teman sebayanya, sulit berkonsentrasi, gampang mengantuk, lekas marah, dan mudah capek. Kalau hal itu dibiarkan akan berpengaruh pada prestasi anak di sekolah,” ungkap dr. Swasty Dwirayunita saat berbincang dalam acara “Merck Teaching and Giving Generasi Bebas Anemia” di Serang, Banten, Selasa.
Kekurangan zat besi, sambung dr. Swasty, berkaitan erat dengan anemia.
“Anemia itu disebut kekurangan darah. Dalam hal ini, darah kekurangan hemoglobin yang bertugas mengangkut oksigen. Dan hemoglobin itu ada di sel darah merah, di mana struktur bangunan hemoglobin adalah zat besi,” papar praktisi medis PT Merck Tbk.
Menurut dr. Swasty, nilai hemoglobin untuk anak-anak usia 5 -11 tahun adalah 11,5 Hb. Sedangkan, untuk anak usia 12-14 tahun adalah nilainya 12 Hb.
“Bila nilai Hb anak itu kurang dari nilai tersebut berarti anak tersebut mengalami anemia,” sebutnya.
“Oleh karena itu, untuk mencegah anemia adalah makan makanan yang mengandung zat besi seperti daging merah, telur, hati, bayam, kangkung, dan kacang-kacangan. Selain itu, olahraga teratur, istirahat cukup, dan mengasup suplementasi zat bisa bila diperlukan,” tegas dr. Swasty.
Sementara itu, Associate Marketing Director PT Merck Tbk Anie Rachmayani mengatakan bahwa kegiatan “Merck Teaching and Giving Generasi Bebas Anemia” merupakan komitmen Merck, yaitu “WE 100”.
“Tujuan kami adalah memungkinkan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif sampai usia tua hingga 100 tahun. Kami merasa bertanggung jawab untuk turut berkontribusi mendukung pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan, terutama anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa,” tuturnya Anie yang telah menjalankan kegiatan ini selama tiga tahun berturut-turut.
Anie juga menuturkan memilih kegiatan “Merck Teaching and Giving Generasi Bebas Anemia” dilaksanakan di Serang, Banten ini berdasarkan angka prevalensi anemia yang tinggi.
Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan Komunitas 1000 Guru.
“Saya menyambut positif kolaborasi yang diajukan oleh Merck yang sejalan dengan tujuan dari 1000 Guru. Saya merasa saatnya para murid, guru, serta orangtua murid di pelbagai wilayah pelosok Inodnesia terpapar pengetahuan mengenai kesehatan, terutama zat besi dan anemia dan hubungannya dengan tumbuh kembang anak,” pungkas Pendiri Komunitas 1000 Guru Jemi Ngadiono.
Baca juga: Remaja putri anemia berisiko lahirkan anak "stunting"
Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018