Jakarta (ANTARA News) - Ekonom PT Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menilai keputusan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan dipicu oleh stabilnya kondisi di pasar keuangan lokal.

"Pasar keuangan yang relatif stabil memberikan kesempatan kepada BI untuk menahan suku bunga," kata Satria dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Satria menambahkan stabilnya kondisi perekonomian ini juga memberikan kesempatan bagi bank sentral untuk kembali memperkuat cadangan devisa.

Saat ini kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak pada kisaran Rp15.100-Rp15.200 per dolar AS dengan imbal hasil untuk obiligasi tenor 10 tahun mencapai 8,5 persen.

Meski demikian, Satria menyakini bank sentral akan kembali mengambil kebijakan moneter ketat pada November seiring dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed pada Desember 2018.

"BI perlu menaikkan sekali lagi suku bunga untuk 'ahead of the curve', menjaga aset lokal tetap atraktif dan mengamankan rupiah dari ancaman aliran modal keluar," ujarnya.

Potensi pelebaran defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2018 pada kisaran 3,2 persen-3,6 persen terhadap PDB juga ikut memperkuat alasan bank sentral untuk mengambil kebijakan moneter ketat.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Oktober 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen.

Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Baca juga: BI pertahankan suku bunga acuan 5,75 persen

Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018