Kami ingin dengan adanya rebranding maka angka kunjungan akan meningkat mulai dari sekadar membaca buku hingga melakukan diskusi terbatas dan menggali informasi dari koleksi buku yang ada di perpustakaan nasional ini.

Jakarta (ANTARA News) - Perpustakaan Nasional menginginkan adanya wajah baru yang dapat ditampilkan melalui upaya rebranding sehingga produk-produk dan layanan perpustakaan lebih dikenal luas masyarakat dari berbagai kalangan.

"Kami menyadari bahwa branding menjadi sangat penting, terutama branding Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Karena Perpusnas memang belum diketahui betul oleh masyarakat. Melalui rebranding ini, apapun yang dilakukan Perpusnas dengan menggunakan anggaran negara dapat diketahui masyarakat luas," kata Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpusnas RI Yoyo Yahyono saat membuka Focus Group Discussion (FGD) bersama para jurnalis media online di Gedung Pusat Layanan Perpusnas Jakarta, Senin.

Dalam FGD bertajuk Rebranding Perpustakaan Nasional Melalui Analisis Media Online, Yoyo Yahyono mengatakan pihaknya ingin mendapatkan masukan dari masyarakat yang diwakili oleh para jurnalis agar ke depan Perpusnas dapat menjadi tujuan favorit untuk dikunjungi oleh berbagai kalangan masyrakat mulai anak-anak hingga dewasa yang ingin menggali informasi melalui koleksi buku di gedung perpustakaan tertinggi di dunia tersebut.

Sementara itu, Tenaga ahli komunikasi untuk rebranding Perpusnas, Otho Hernowo Hadi mengatakan minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Data 2017 menyebutkan frekuensi membaca orang Indonesia masih sebatas tiga atau empat kali per minggu, jumlah buku yang dibaca antara lima hingga sembilan buku per tahun serta frekuensi membaca antara tiga hingga empat kali per minggu dengan durasi antara 30 -59 menit per hari.

"Bila Perpusnas RI ingin lebih dikenal luas, menurut Otho, tidak cukup sekadar dengan brand identity namun perlu lebih dekat menjalin komunikasi dengan media massa karena para jurnalis mampu mentransfer gagasan ke benak publik, terkait cara untuk mengetengahkan peristiwa atau isu terkait Perpusnas memlalui pemberitaan," ujarnya.

Lebih lanjut Otho mengatakan salah satu layanan Perpusnas yang perlu lebih banyak diperkenalkan ke masyarakat terkait digitalisasi kepustakaan atau adaptasi dunia kepustakaan dengan teknologi seperti aplikasi baca dan e-book sebagai sesuatu yang penting dan mendesak karena kencederungan yang terjadi adanya peralihan budaya baca dari cetak ke digital.

Sementara itu, Kepala Hubungan Masyarakat Perpusnas Nurhadi Saputra mengakui dengan penampilan baru Perpusnas RI dengan bangunan tinggi 24 lantai dan megah belum mampu menarik minat masyarakat luas sehingga perubahan perlu dilakukan menyikapi kemajuan teknologi saat ini, termasuk kebiasaan generasi muda yang sangat dekat dengan gadget.

"Sejauh ini Perpusnas sudah melakukan pembaruan layanan dengan menerapkan sistem berbasis teknologi informasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga Perpusnas menjadi salah satu daya tarik generasi muda yang dekat dengan dunia teknologi informasi," tambahnya.

Terkait jumlah kunjungan masyarakat ke Perpusnas, Nurhadi mengatakan saat ini pada hari kerja rata-rata per hari mencapai 1.000 orang hingga 2.000 orang dan jumlah tersebut meningkat di atas angka 2.000 per hari pada akhir pekan. Namun, pihaknya belum merasa puas terhadap jumlah kunjungan tersebut mengingat gedung setinggi 24 lantai tersebut mampu melayani ribuan orang.

"Kami ingin dengan adanya rebranding maka angka kunjungan akan meningkat mulai dari sekadar membaca buku hingga melakukan diskusi terbatas dan menggali informasi dari koleksi buku yang ada di perpustakaan nasional ini," katanya.*

Baca juga: Gracia Indri ajak khalayak rajin baca dan tularkan hal positif

Baca juga: Buku menginspirasi Sheryl Sheinafia menulis lagu



Pewarta: Zita Meirina
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018