Semoga komunitas Bajukertasku bisa memotivasi anak-anak yang kurang mampu untuk terus belajar meraih cita-cita dengan terbantunya seragam bagi mereka.

Semarang (ANTARA News) - Komunitas "Bajukertasku" Semarang sampai sekarang ini telah menyumbangkan sekian banyak seragam sekolah dari hasil pengumpulan kertas bekas.

"Komunitas ini awalnya digagas oleh Reny Septiani, mahasiswi Universitas Tadulako, Palu," kata Rinta Aryani, salah satu pendiri Bajukertasku Semarang di Semarang, Senin.

Seiring waktu, komunitas sosial dan lingkungan yang berkegiatan mengumpulkan dan menjual kertas-kertas bekas untuk dibelikan seragam itu berkembang di berbagai daerah.

Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu pun tertarik mendirikan komunitas itu di Semarang tepat pada 10 Januari 2018.

Bersama Anita Rachmawati, rekannya dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes, Rinta merintis komunitas Bajukertasku, dimulai dengan pengumpulan kertas-kertas bekas.

"Kami sudah berkonsultasi dengan Reny selaku penggagas komunitas ini. Mekanismenya, kami mengumpulkan kertas-kertas bekas kemudian kami jual kepada pengepul," katanya.

Setelah itu, hasil penjualan kertas bekas itu dibelikan seragam untuk disumbangkan kepada kalangan siswa kurang mampu yang ada di wilayah Kota Semarang.

"Melalui Bajukertasku, kami ingin menjadikan kertas bekas lebih bermanfaat. Tidak kemudian hanya dibuang dan dibakar. Bagaimana bisa memotivasi siswa kurang mampu," katanya.

Ia menyebutkan komunitas tersebut hingga sekarang ini telah mengumpulkan kertas bekas sekitar 273 kilogram dari para donatur dan seragam dari hasil penjualannya juga sudah disumbangkan.

Rinta berharap kehadiran Bajukertasku di Semarang bisa membantu siswa yang kurang mampu atau setidaknya menjadi perantara bagi donatur yang ingin memberikan bantuan.

"Semoga komunitas Bajukertasku bisa memotivasi anak-anak yang kurang mampu untuk terus belajar meraih cita-cita dengan terbantunya seragam bagi mereka," lanjutnya.

Sekarang ini, komunitas Bajukertasku sudah tersebar di berbagai daerah, seperti Palu, Jakarta, Semarang, Serang, Yogyakarta, Buton, Pontianak, dan Pekanbaru.

"Untuk wilayah Semarang, pengurus komunitas ini ada sembilan orang. Kami bersyukur bisa membantu masyarakat, khususnya siswa yang kurang mampu secara ekonomi," katanya.

Berkaitan dengan bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala, Rinta mengatakan para anggota komunitas tergabung tim sukarelawan membantu di posko informasi dan dapur umum.*

Baca juga: Disdik Bintan bagikan seragam sekolah gratis

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018